Fatsal 8 Profesor Cherpantulas
Di belahan wilayah lain, Kerajaan Gemrilozie yang cukup disegani
kerajaan-kerajaan lain karena sang raja begitu terkenal memperhatikan
rakyatnya. Sebaliknya rakyat sangat mencintai rajanya nan arif dan bijaksana.
Dialah Paduka Raja Aribi Dilwiba yang
memiliki wilayah nan cukup luas dan seluruh rakyat belajar dan bekerja giat
membangun negeri dengan penuh keikhlasan. Seluruh pelosok distrik tertata rapi
dengan modernitas teknologi sensor disertai pengkodean akses sarana dan
prasarana segala fasilitas pribadi dan umum.
Beragam potensi sumber daya alam dan
manusia berkembang pesat. Hasil-hasil kreatifitas dapat terlihat di antaranya
seperti penemuan tenaga listrik yang dihasilkan melalui pemanfaatan udara,
pembentukan lapisan ozon melalui proses pencampuran angin dan air tanpa
penggunaan zat kimia tertentu, penanaman satu pohon padi, gandum, jagung,
ketela, ubi jalar dan kedelai menggunakan semacam bak kecil atau baskom namun
menghasilkan satu ton timbangan, dan masih banyak lagi penemuan-penemuan ilmiah
lainnya.
Itu merupakan pertanda kemajuan
kebebasan proses berpikir rakyat yang mengabdikan diri mereka demi kemajuan
bersama tanpa adanya intrik dari rakyat atau sebaliknya. Bahkan rakyat pun tidak
ada yang berpikir untuk berambisi duduk di dewan istana demi mendapatkan
pundi-pundi kerajaan. Siapa pun mereka tidak sekedar memberi janji pada saat
maraknya pemilihan dewan istana, tidak melakukan bakti sosial, bakti masyarakat
atau kerja bakti apa pun demi meraih suara, maka setelah naik tahta jabatan
persetan dengan segala janji-janji yang telah dipromosikan itu. Buat para
pejabat istana ini, kerja bakti sosial atau kerja bakti masyarakat tidak
mengenal musim kampanye pemilihan pejabat istana, tetapi merupakan kewajiban
rutinitas. Tidak juga menarik simpati publik yang mejadi kamuflase melalui dan
mengatasnamakan nilai dan tingkat keagamaan, nasionalisme, kepemimpinan,
golongan atau kelompok, ras atau suku tertentu. Pejabat kerajaan setia mengabdi
membela seluruh negeri demi rakyat yang diwakilinya semata dan setiap jabatan
di kerajaan itu tidak menjadi ajang kekuasaan dan bukan sarana individu abdi
istana memperkaya diri dengan harta dan perhiasan. Itu sangat terlihat nyata
dari profil sang profesor istana, misalnya. Dari sekian banyak penemuan rakyat
yang diabdikan bagi kerajaan yang paling spektakuler di wilayah kerajaan yaitu
penemuan Profesor Cherpantulas.
Profesor Cherpantulas adalah tokoh
istana yang sangat merakyat. Ia sangat dikagumi raja, kolega dan rakyatnya
karena banyak prestasi yang telah diciptakan demi kepentingan umum. Kekaguman
raja dan rakyat merupakan pendorong semangatnya dalam mengabdi sebagai
persembahan individu bagi kerajaan yang dicintainya.
Dalam daya pikirnya selama beberapa
tahun belakangan ini ia berpendapat dan berkeyakinan tentang adanya kehidupan
lain di dunia yang berbeda dari kehidupan yang ia biasa jalani ini.
“Namun, bagaimana aku mengetahuinya?”
Begitulah setiap kali terlintas pertanyaan yang bertahun-tahun terus menghantuinya.
“Pasti ada suatu alat yang mampu
mendeteksi dunia itu….. dan aku harus mampu menciptakannya,” katanya bertekad
dalam hati meyakinkan dirinya agar terus bersemangat berpikir dan mencipta.
Hingga saatnya pun tiba tepatnya beberapa
hari yang lalu, ia berhasil menemukan sebuah alat berteknologi tinggi yang
sungguh-sungguh mampu menembus ruang dan waktu dengan sinar atau cahaya. Cahaya
tersebut membentuk lorong jalan dengan kecepatan transformasi jutaan terrameter
per detik. Keberhasilan ini, tentu saja, telah dibuktikan dengan mengantarkan
Ksatria Aga Sang Terpilih dari dunia
lain masuk ke Kerajaan Gemrilozie sesuai perencanaan.
Prestasi Cherpantulas ternyata tidak
berhenti sampai pada penemuan itu saja. Selang satu hari kemudian sejak
penemuan itu, ia berhasil menciptakan beberapa perangkat sangat mutakhir guna
memperlengkapi bagian persenjataan rahasia sang ksatria dalam mempertahankan
diri dari serangan lawan. Persenjataan rahasia tersebut dirancang sedemikian
rupa tersembunyi sehingga hanya si pemakainya saja yang mampu mengoperasikan
dan memanfaatkannya.
Beberapa perlengkapan yang dipersiapkan
bagi sang ksatria di antaranya adalah kemampuan merubah diri dari Modus Satu
hingga Modus Lima. Modus Satu ksatria mampu menghilang atau tak nampak seperti
layaknya penduduk asli kerajaan tersebut dengan mata telanjang, Modus Dua ia
mampu menampakkkan diri dalam bentuk siluet, dan selanjutnya kemampuan pada
Modus Tiga ia dapat terlihat sesuai wujud asli. Sedangkan pada Modus Empat sang
ksatria akan dapat melakukan metamorfosa sesuai keinginan. Hal ini berarti ia
mampu berubah wujud sesuai keinginan daya alam pikirannya. Pembesaran wujud terra raksasa hingga mencapai ketinggian
maksimal hanya dengan menggunakan sensor Modus Lima.
Kedua modus terakhir inilah satu-satunya
penemuan mutakhir dan pamungkas sang profesor di Kerajaan Gemrilozie, bahkan di seluruh kawasan kerajaan lain pun
belum mampu mencapai penciptaan kedua modus terakhir tersebut. Satu hal lain
tentang profilnya yaitu kerendahan hatinya, sehingga raja dan rakyat telah
menjadikan kemajuan teknologi baru ini sebagai rahasia tertinggi kerajaan yang
sangat terjaga sehingga tak dapat terdeteksi oleh siapa pun atau alat mana pun
di seluruh penjuru kawasan.
Di samping itu, pada minggu yang sama
sang profesor bersahaja dan penuh dedikasi ini telah berhasil mengembangkan
sebuah teknologi lain di ruang laboratorium istana kerajaan. Daya ciptanya yang
ia selalu syukuri sebagai barokah dari Tuhan Yang Maha Esa itu mampu menjadikan
sang ksatria merubah pribadi secara fisik dan mental hanya dalam hitungan milidetik. Namun ia melakukan riset dan
pengembangannya bukan dalam kurun waktu yang singkat. Ia terus menyempurnakan
penemuan tersebut setiap saat. Untuk menyempurnakannya ia terus melakukan
pengujian secara berkala demi mengevaluasi berbagai kemungkinan penyimpangan
yang bisa terjadi. Beberapa kali diujicoba penemuannya ini terhadap beberapa
jenis hewan dan hasilnya sangat luar biasa menggembirakannya. Hewan tersebut
diformulasikan pendewasaannya hingga tiga kali pembesaran, sehingga struktur
tubuh dan otaknya mengalami pengembangan yang diinginkan. Tingkat perilakunya
pun berubah cukup drastis dan kecerdasan yang mencakup psikomotor, kinetik atau
aestetik naluri hewani mengalami perubahan menyesuaikan dengan pembesaran
tubuhnya. Setelah dipastikan dan diakui keberhasilan tersebut, ia dan segenap
anggota tim laboratorium merubahnya kembali menjadi seperti bentuknya semula. Begitu
seterusnya hingga beberapa kali pengujian yang pada akhirnya memberikan
kesimpulan akhir diyakini semakin mantapnya terhadap berbagai hipotesa dari
berbagai kalangan akademis dan praktisi dari seluruh penjuru negeri.
Ia semakin merasa yakin hal ini akan
membawa hasil positif bila pada saatnya nanti sang raja memerintahkannya untuk
menerapkan alat ciptaan tersebut mampu merubah sang ksatria menjadi dewasa baik
secara fisik maupun mental. Target ini yang membuatnya semakin bekerja keras
bersama beberapa anggota tim kerja laboratorium agar tetap melakukan riset dan
pengembangan dan pencegahan terhadap malfungsi yang tidak diharapkan.
Tiba-tiba di ruang kerja sang profesor
yang tengah asyik dan khusyu’ melakukan riset dan pengujiannya muncullah sang
raja melalui tampilan pada layar di dinding ruangan sembari tersenyum. Profesor
serentak berdiri dan membungkuk memberikan penghormatan.
“Apa kabar hari ini, Profesor Cherpantulas?”
Sapa Raja Aribi Dilwiba.
“Paduka Yang Mulia, hamba bersyukur ke
hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, dalam keadaan baik dan sehat,” dengan nada sangat
sopan dan penuh hormat menjawabnya.
“Syukurlah jika demikian, Prof. O ya, Prof., sesuai jadual rencana yang
telah sama-sama kita ketahui, apakah Anda sudah siap melakukan penerapan
serangkaian sistem teknologi yang telah dikembangkan tersebut terhadap sang
ksatria hari ini?” Tanya raja kembali.
“Hamba telah siap, Paduka. Titah Paduka
Raja Yang Mulia siap hamba laksanakan hari ini,” sambil membungkukkan badannya
lagi profesor itu menjawab.
“Bagus, Prof. Persiapkan segala
sesuatunya dengan baik dan bijak. Laporkan kepadaku nanti dalam Sidang Dewan
Musyawarah Besar Kerajaan. Selamat bertugas demi kerajaan tercinta ini, Prof.,”
puji raja mengakhiri komunikasinya.
“Hamba berterima kasih atas perhatian
dan dorongan semangat Paduka Yang Mulia. Hamba dan seluruh anggota tim
laboratorium istana akan bersungguh-sungguh melakukan tugas yang sangat mulia
ini,” bungkuk profesor kembali menghaturkan sembah.
Sungguh ia merasa terharu dengan
perhatian begitu luar biasa dari rajanya karena bagaimana pun itu sudah menjadi
tugas dan kewajibannya selaku ilmuan, tapi ia memperlakukan rakyatnya secara
arif dan bijaksana tanpa melihat posisi atau jabatan, keturunan atau latar
belakang apapun.
Seiring dengan itu layar pun menghilang
dan profesor kembali membungkukkan badannya beberapa saat dan berdiri tegak
lalu langsung duduk guna memberikan informasi kepada seluruh anggota timnya
untuk mempersiapkan program yang telah dicanangkan sejak beberapa tahun
sebelumnya.
Setelah dirasakan semua personil
laboratorium yang berjumlah sekitar empat orang, yaitu Dr. Kromos, Dr. Biodenti, Dr. Ekogeogravita, dan Dr. Stetoscho yang
dipimpin langsung oleh si profesor telah berada di posisinya masing-masing, ia
melakukan pengarahan singkat untuk mengingatkan kembali tugas masing-masing
agar tidak terjadi kesalahan program dan kesalahan teknis berakibat fatal. Oleh
karena itu, semua rencana pelaksanaan mulai dikalkulasi dan diprediksi tingkat
kesiapannya secara matang mulai dari proses awal hingga akhir. Juga diingatkan
kembali segala antisipasi atas kemungkinan penyimpangan atau kegagalan
pemrograman atau kelalaian pengoperasian pemrograman setiap kendali.
“Bagaimana menurut kalian tentang perencanaan
tugas mulia yang sangat penting ini?” Tanya profesor pada akhirnya untuk
menguji keempat anggota timnya.
“Kendali Sistem Fisik Satu dalam modus
kesiap-siagaan dan menunggu perintah, Prof.,” lapor anggota tim laboratorium
satu menjawab pertama kali.
“Fisik Dua pun siap dan menunggu
perintah selanjutnya, Prof.,” lapor anggota tim laboratorium dua menyambung
laporan pertama.
“Kendali Sistem Mental Satu dalam modus
siap dan menunggu perintah, Prof.,” sambung anggota tim berikutnya.
“Begitu juga Mental Dua telah siap dan
menunggu perintah, Prof.,” sambung lagi yang keempat melengkapi kesiapsiagaan
mereka.
“Bagus, rekan-rekanku. Baiklah, sekarang
perhatikan pada layar monitor masing-masing hitungan mundur nanti mencapai
angka nol, lakukan pemrograman seperti yang telah kita peragakan sebelumnya
pada gladiresik,” jelas profesor memberi aba-aba.
Penghitungan mundur telah dilaksanakan
yang dilakukan langsung oleh sang profesor sendiri dengan sistem sensor
suaranya dan pengkodean akses dijital secara otomatis telah berjalan sempurna.
Sebuah kabin tiba-tiba mulai nampak
terlihat di sebuah persegi empat yang telah diberi garis penanda di salah satu
ruang laboratorium dan langsung terbuka seluas ukuran besar dan tinggi orang
dewasa. Dalam ruang kabin dilengkapi berbagai alat sensor suara yang
masing-masing terhubung satu sama lain ke mesin operator. Perlahan dalam kabin
mulai memunculkan rona warna yang beragam indahnya membentuk paduan cahaya
lembut memancar secara horisontal, vertikal, dan diagonal. Gambaran ini mirip
sekali pertemuan beberapa pelangi nan sejuk membidik mata siapa pun yang
memandangnya. Namun, di balik keindahan itu mengalir kekuatan dahsyat sistem
teknologi transformasi yang dihasilkan dari daya pancarannya.
Terlihat profesor dengan tenangnya berjalan
mengawasi setiap pergerakan rona cahaya di dalam kabin untuk mengetahui apakah
semua program bekerja sesuai dengan prosedur. Sesekali ia pun memperhatikan
ketepatan dan kecepatan setiap anggota tim laboratorium sebagai operator yang
mengendalikan prosedur kerja agar sesuai perencanaan. Bahkan ia pun terkadang
menghampiri sang operator untuk memastikan sendiri secara lebih jelas setiap
milidetik transformasi daya program dari operator ke kabin. Ia juga ingin
memberi dukungan mental kepada mereka agar lebih berhati-hati dan waspada,
akurat dan tetap semangat. Ini sangat berguna sekali untuk menghindari
kelalaian pemrograman.
Seketika serentak hitungan mundur
mencapai angka nol di layar monitor masing-masing, maka para asisten profesor
dengan sangat sigap melakukan penyensoran dan pengkodean sistem secara
bersama-sama, lalu diakhiri dengan penekanan enter dan ruang kabin kini sudah
ditempati oleh sesosok manusia yang tak asing lagi bagi mereka. Sosok tersebut
muncul secara cepat mulai dari kepala, tubuh dan kedua tangan hingga ke kedua
kakinya. Sosok tubuh manusia tersebut tidak sebanding dengan luas kabin untuk
ukuran tubuh manusia dewasa, dan terlihat masih ada setengah ruang kabin kosong
ke atas dan masih cukup tersisa ruang di sebelah kanan dan kirinya. Itu
benar-benar menandakan kabin yang terlalu kecil untuk ukurannya yang masih
anak-anak. Sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Aga, yang mereka ketahui,
sebagai Sang Terpilih. Ia nampak
berdiri dengan tenang, tak bergeming sedikit pun dengan matanya yang terpejam,
seolah seperti tertidur pulas dan sedang bermimpi indah dalam tidurnya.
Pandangan sinar mata profesor yang
lembut dan senyuman mengembang dari bibirnya memperlihatkan rasa gembira dan
bahagia. Begitu juga para asisten masih terus memandangi sosok anak-anak di
dalam kabin ikut tersenyum dan memancarkan pandangan kegembiraan dan
kebahagiaan. Sepertinya mereka telah berhasil terhadap sesuatu karena terlihat
mengucapkan rasa syukur dengan menyapukan tangan mereka ke wajah masing-masing.
“Terima kasih, Ya Tuhan …” Terdengar
mereka bersama-sama mengucapkan terima kasih setelah beberapa saat memandangi
sosok tubuh anak-anak itu terlihat sehat dan segar.
“Kita berhasil, Profesor,” seru salah
seorang dari mereka ke arah profesor yang disambut profesor dengan senyuman.
“Ya,” sahutnya.
“Iya, Prof. Tahap pertama ini kita
berhasil….” Sambut asisten lainnya lagi.
Diikuti para asistennya yang lain
membenarkan keberhasilan yang mereka telah kerjakan barusan.
“Ya, kalian benar. Sampai pada tahap
pertama ini, puji syukur kepadaMu, Ya Tuhanku, kita berhasil melakukan
transformasi hingga tiba di kabin itu dengan selamat,” profesor itu membenarkan
kata-kata mereka.
“Sekarang, mari kita persiapkan fase
terakhir setelah beberapa saat ia beradaptasi dengan kondisi yang akan diterima
berikutnya,” lanjutnya lagi menjelaskan.
Keempat asistennya pun bangkit dari
kursinya dan berjalan untuk berkumpul membentuk sebuah formasi berjajar yang
dipimpin langsung oleh sang profesor menyiapkan langkah berikutnya: sistem
sensor dan pengkodean akses perubahan fisik dan mental. Jarak mereka begitu
dekat hanya dibatasi selubung cahaya berjarak beberapa sentimeter saja. Mereka
serempak mengangkat kedua tangannya tepat di depan wajahnya dan jemari mereka
terlihat seperti sedang menekan tombol-tombol tertentu yang tak dapat terlihat
dengan pandangan mata biasa. Mereka sedang melakukan pengkodean. Mulut mereka
membisikkan kata-kata tertentu seperti penyebutan kode yang menandakan bahwa
mereka sedang melakukan penyensoran. Inilah yang mereka sebut sebagai Sistem
Sensor Suara dan Pengkodean Akses Dijital. Sebuah kemajuan teknologi yang
tercipta di dunia lain berupa percepatan pendewasaan manusia secara fisik dan
mental dalam sekejap!
Sementara di dalam ruang kabin yang
sangat transparan, terlihat Aga mengalami perubahan sangat ekstrim. Matanya
masih tertutup rapat, tubuhnya masih tak bergerak bagaikan sedangkan melakukan
penenangan, diam. Tinggi tubuhnya sekarang sudah mencapai sekitar dua ratus
sentimeter dan lingkar tubuhnya membesar dengan otot-otot badan, kedua tangan
dan kaki kekar padat berisi, dan gempal sangat proporsional perpaduannya bak
antara kebugaran seorang binaragawan dan keindahan tubuh seorang perenang pada
puncak stamina fisiknya. Bahkan, raut wajahnya sangat molek bak melebihi ketampanan
seorang fotomodel di dunia atau pangeran sejagat.
Setelah profesor dan keempat asisten
selesai secara bersamaan, mereka pun sekali lagi mengucapkan doa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa dengan menyapukan tangan ke wajah masing-masing. Mereka
saling berpandangan dan melempar senyuman satu sama lain dan berpelukan
pertanda keberhasilan atas serangkaian sistem kerja terpadu hari itu.
“Saudara-saudaraku, kita bersyukur atas
keberhasilan kerja tim kita hari ini dengan sangat gemilang tanpa kurang suatu
apa pun sesuai yang telah kita rencanakan. Sebelum kita membuat laporan resmi
di hadapan Sidang Dewan Musyawarah Besar
Kerajaan, sebagai laporan awal kepada Paduka Raja aku ingin kita berlima
melapor kepada Yang Mulia,” ajak sang profesor yang disambut para asistennya
dengan anggukan penuh kebahagiaan dan kebanggaan karena telah bergabung dalam
tim kerja sang profesor.
Lalu mereka berlima terlihat melapor kepada
rajanya melalui tayangan jarak jauh dengan sistem sensor audio-visual. Selesai melapor raja pun menyampaikan rasa syukur dan
bahagia serta ucapan terima kasih yang sangat mendalam kepada tim kerja
laboratorium istana kerajaan. Kalimat terakhir raja terdengar memberi titah
agar melaporkan secara resmi pada Sidang Dewan tersebut yang akan ditayangkan
secara langsung ke seluruh penjuru negeri kerajaan itu pada waktu yang telah
ditetapkan.Prolog | Daftar Isi | Fatsal 1 | Fatsal 2 | Fatsal 3 | Fatsal 4 | Fatsal 5 | Fatsal 6 |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Fatsal 7 | Fatsal 8 | Fatsal 9 | Fatsal 10 | Fatsal 11 | Fatsal 12 | Fatsal 13 | Fatsal 14 |
Fatsal 15 | Fatsal 16 | Fatsal 17 | Fatsal 18 | Fatsal 19 | Fatsal 20 | Fatsal 21 | Fatsal 22 |
Fatsal 23 |
0 komentar :
Posting Komentar