Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 8 Profesor Cherpantulas



Fatsal 8 Profesor Cherpantulas

            Di belahan wilayah lain, Kerajaan Gemrilozie yang cukup disegani kerajaan-kerajaan lain karena sang raja begitu terkenal memperhatikan rakyatnya. Sebaliknya rakyat sangat mencintai rajanya nan arif dan bijaksana. Dialah Paduka Raja Aribi Dilwiba yang memiliki wilayah nan cukup luas dan seluruh rakyat belajar dan bekerja giat membangun negeri dengan penuh keikhlasan. Seluruh pelosok distrik tertata rapi dengan modernitas teknologi sensor disertai pengkodean akses sarana dan prasarana segala fasilitas pribadi dan umum.
            Beragam potensi sumber daya alam dan manusia berkembang pesat. Hasil-hasil kreatifitas dapat terlihat di antaranya seperti penemuan tenaga listrik yang dihasilkan melalui pemanfaatan udara, pembentukan lapisan ozon melalui proses pencampuran angin dan air tanpa penggunaan zat kimia tertentu, penanaman satu pohon padi, gandum, jagung, ketela, ubi jalar dan kedelai menggunakan semacam bak kecil atau baskom namun menghasilkan satu ton timbangan, dan masih banyak lagi penemuan-penemuan ilmiah lainnya.
Itu merupakan pertanda kemajuan kebebasan proses berpikir rakyat yang mengabdikan diri mereka demi kemajuan bersama tanpa adanya intrik dari rakyat atau sebaliknya. Bahkan rakyat pun tidak ada yang berpikir untuk berambisi duduk di dewan istana demi mendapatkan pundi-pundi kerajaan. Siapa pun mereka tidak sekedar memberi janji pada saat maraknya pemilihan dewan istana, tidak melakukan bakti sosial, bakti masyarakat atau kerja bakti apa pun demi meraih suara, maka setelah naik tahta jabatan persetan dengan segala janji-janji yang telah dipromosikan itu. Buat para pejabat istana ini, kerja bakti sosial atau kerja bakti masyarakat tidak mengenal musim kampanye pemilihan pejabat istana, tetapi merupakan kewajiban rutinitas. Tidak juga menarik simpati publik yang mejadi kamuflase melalui dan mengatasnamakan nilai dan tingkat keagamaan, nasionalisme, kepemimpinan, golongan atau kelompok, ras atau suku tertentu. Pejabat kerajaan setia mengabdi membela seluruh negeri demi rakyat yang diwakilinya semata dan setiap jabatan di kerajaan itu tidak menjadi ajang kekuasaan dan bukan sarana individu abdi istana memperkaya diri dengan harta dan perhiasan. Itu sangat terlihat nyata dari profil sang profesor istana, misalnya. Dari sekian banyak penemuan rakyat yang diabdikan bagi kerajaan yang paling spektakuler di wilayah kerajaan yaitu penemuan Profesor Cherpantulas.
Profesor Cherpantulas adalah tokoh istana yang sangat merakyat. Ia sangat dikagumi raja, kolega dan rakyatnya karena banyak prestasi yang telah diciptakan demi kepentingan umum. Kekaguman raja dan rakyat merupakan pendorong semangatnya dalam mengabdi sebagai persembahan individu bagi kerajaan yang dicintainya.
Dalam daya pikirnya selama beberapa tahun belakangan ini ia berpendapat dan berkeyakinan tentang adanya kehidupan lain di dunia yang berbeda dari kehidupan yang ia biasa jalani ini.
“Namun, bagaimana aku mengetahuinya?” Begitulah setiap kali terlintas pertanyaan yang bertahun-tahun terus menghantuinya.
“Pasti ada suatu alat yang mampu mendeteksi dunia itu….. dan aku harus mampu menciptakannya,” katanya bertekad dalam hati meyakinkan dirinya agar terus bersemangat berpikir dan mencipta.
Hingga saatnya pun tiba tepatnya beberapa hari yang lalu, ia berhasil menemukan sebuah alat berteknologi tinggi yang sungguh-sungguh mampu menembus ruang dan waktu dengan sinar atau cahaya. Cahaya tersebut membentuk lorong jalan dengan kecepatan transformasi jutaan terrameter per detik. Keberhasilan ini, tentu saja, telah dibuktikan dengan mengantarkan Ksatria Aga Sang Terpilih dari dunia lain masuk ke Kerajaan Gemrilozie sesuai perencanaan.
Prestasi Cherpantulas ternyata tidak berhenti sampai pada penemuan itu saja. Selang satu hari kemudian sejak penemuan itu, ia berhasil menciptakan beberapa perangkat sangat mutakhir guna memperlengkapi bagian persenjataan rahasia sang ksatria dalam mempertahankan diri dari serangan lawan. Persenjataan rahasia tersebut dirancang sedemikian rupa tersembunyi sehingga hanya si pemakainya saja yang mampu mengoperasikan dan memanfaatkannya.
Beberapa perlengkapan yang dipersiapkan bagi sang ksatria di antaranya adalah kemampuan merubah diri dari Modus Satu hingga Modus Lima. Modus Satu ksatria mampu menghilang atau tak nampak seperti layaknya penduduk asli kerajaan tersebut dengan mata telanjang, Modus Dua ia mampu menampakkkan diri dalam bentuk siluet, dan selanjutnya kemampuan pada Modus Tiga ia dapat terlihat sesuai wujud asli. Sedangkan pada Modus Empat sang ksatria akan dapat melakukan metamorfosa sesuai keinginan. Hal ini berarti ia mampu berubah wujud sesuai keinginan daya alam pikirannya. Pembesaran wujud terra raksasa hingga mencapai ketinggian maksimal hanya dengan menggunakan sensor Modus Lima.
Kedua modus terakhir inilah satu-satunya penemuan mutakhir dan pamungkas sang profesor di Kerajaan Gemrilozie, bahkan di seluruh kawasan kerajaan lain pun belum mampu mencapai penciptaan kedua modus terakhir tersebut. Satu hal lain tentang profilnya yaitu kerendahan hatinya, sehingga raja dan rakyat telah menjadikan kemajuan teknologi baru ini sebagai rahasia tertinggi kerajaan yang sangat terjaga sehingga tak dapat terdeteksi oleh siapa pun atau alat mana pun di seluruh penjuru kawasan.
Di samping itu, pada minggu yang sama sang profesor bersahaja dan penuh dedikasi ini telah berhasil mengembangkan sebuah teknologi lain di ruang laboratorium istana kerajaan. Daya ciptanya yang ia selalu syukuri sebagai barokah dari Tuhan Yang Maha Esa itu mampu menjadikan sang ksatria merubah pribadi secara fisik dan mental hanya dalam hitungan milidetik. Namun ia melakukan riset dan pengembangannya bukan dalam kurun waktu yang singkat. Ia terus menyempurnakan penemuan tersebut setiap saat. Untuk menyempurnakannya ia terus melakukan pengujian secara berkala demi mengevaluasi berbagai kemungkinan penyimpangan yang bisa terjadi. Beberapa kali diujicoba penemuannya ini terhadap beberapa jenis hewan dan hasilnya sangat luar biasa menggembirakannya. Hewan tersebut diformulasikan pendewasaannya hingga tiga kali pembesaran, sehingga struktur tubuh dan otaknya mengalami pengembangan yang diinginkan. Tingkat perilakunya pun berubah cukup drastis dan kecerdasan yang mencakup psikomotor, kinetik atau aestetik naluri hewani mengalami perubahan menyesuaikan dengan pembesaran tubuhnya. Setelah dipastikan dan diakui keberhasilan tersebut, ia dan segenap anggota tim laboratorium merubahnya kembali menjadi seperti bentuknya semula. Begitu seterusnya hingga beberapa kali pengujian yang pada akhirnya memberikan kesimpulan akhir diyakini semakin mantapnya terhadap berbagai hipotesa dari berbagai kalangan akademis dan praktisi dari seluruh penjuru negeri.
Ia semakin merasa yakin hal ini akan membawa hasil positif bila pada saatnya nanti sang raja memerintahkannya untuk menerapkan alat ciptaan tersebut mampu merubah sang ksatria menjadi dewasa baik secara fisik maupun mental. Target ini yang membuatnya semakin bekerja keras bersama beberapa anggota tim kerja laboratorium agar tetap melakukan riset dan pengembangan dan pencegahan terhadap malfungsi yang tidak diharapkan.
Tiba-tiba di ruang kerja sang profesor yang tengah asyik dan khusyu’ melakukan riset dan pengujiannya muncullah sang raja melalui tampilan pada layar di dinding ruangan sembari tersenyum. Profesor serentak berdiri dan membungkuk memberikan penghormatan.
“Apa kabar hari ini, Profesor Cherpantulas?” Sapa Raja Aribi Dilwiba.
“Paduka Yang Mulia, hamba bersyukur ke hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, dalam keadaan baik dan sehat,” dengan nada sangat sopan dan penuh hormat menjawabnya.
“Syukurlah jika demikian, Prof. O ya, Prof., sesuai jadual rencana yang telah sama-sama kita ketahui, apakah Anda sudah siap melakukan penerapan serangkaian sistem teknologi yang telah dikembangkan tersebut terhadap sang ksatria hari ini?” Tanya raja kembali.
“Hamba telah siap, Paduka. Titah Paduka Raja Yang Mulia siap hamba laksanakan hari ini,” sambil membungkukkan badannya lagi profesor itu menjawab.
“Bagus, Prof. Persiapkan segala sesuatunya dengan baik dan bijak. Laporkan kepadaku nanti dalam Sidang Dewan Musyawarah Besar Kerajaan. Selamat bertugas demi kerajaan tercinta ini, Prof.,” puji raja mengakhiri komunikasinya.
“Hamba berterima kasih atas perhatian dan dorongan semangat Paduka Yang Mulia. Hamba dan seluruh anggota tim laboratorium istana akan bersungguh-sungguh melakukan tugas yang sangat mulia ini,” bungkuk profesor kembali menghaturkan sembah.
Sungguh ia merasa terharu dengan perhatian begitu luar biasa dari rajanya karena bagaimana pun itu sudah menjadi tugas dan kewajibannya selaku ilmuan, tapi ia memperlakukan rakyatnya secara arif dan bijaksana tanpa melihat posisi atau jabatan, keturunan atau latar belakang apapun.
Seiring dengan itu layar pun menghilang dan profesor kembali membungkukkan badannya beberapa saat dan berdiri tegak lalu langsung duduk guna memberikan informasi kepada seluruh anggota timnya untuk mempersiapkan program yang telah dicanangkan sejak beberapa tahun sebelumnya.
Setelah dirasakan semua personil laboratorium yang berjumlah sekitar empat orang, yaitu Dr. Kromos, Dr. Biodenti, Dr. Ekogeogravita, dan Dr. Stetoscho yang dipimpin langsung oleh si profesor telah berada di posisinya masing-masing, ia melakukan pengarahan singkat untuk mengingatkan kembali tugas masing-masing agar tidak terjadi kesalahan program dan kesalahan teknis berakibat fatal. Oleh karena itu, semua rencana pelaksanaan mulai dikalkulasi dan diprediksi tingkat kesiapannya secara matang mulai dari proses awal hingga akhir. Juga diingatkan kembali segala antisipasi atas kemungkinan penyimpangan atau kegagalan pemrograman atau kelalaian pengoperasian pemrograman setiap kendali.
“Bagaimana menurut kalian tentang perencanaan tugas mulia yang sangat penting ini?” Tanya profesor pada akhirnya untuk menguji keempat anggota timnya.
“Kendali Sistem Fisik Satu dalam modus kesiap-siagaan dan menunggu perintah, Prof.,” lapor anggota tim laboratorium satu menjawab pertama kali.
“Fisik Dua pun siap dan menunggu perintah selanjutnya, Prof.,” lapor anggota tim laboratorium dua menyambung laporan pertama.
“Kendali Sistem Mental Satu dalam modus siap dan menunggu perintah, Prof.,” sambung anggota tim berikutnya.
“Begitu juga Mental Dua telah siap dan menunggu perintah, Prof.,” sambung lagi yang keempat melengkapi kesiapsiagaan mereka.
“Bagus, rekan-rekanku. Baiklah, sekarang perhatikan pada layar monitor masing-masing hitungan mundur nanti mencapai angka nol, lakukan pemrograman seperti yang telah kita peragakan sebelumnya pada gladiresik,” jelas profesor memberi aba-aba.
Penghitungan mundur telah dilaksanakan yang dilakukan langsung oleh sang profesor sendiri dengan sistem sensor suaranya dan pengkodean akses dijital secara otomatis telah berjalan sempurna.
Sebuah kabin tiba-tiba mulai nampak terlihat di sebuah persegi empat yang telah diberi garis penanda di salah satu ruang laboratorium dan langsung terbuka seluas ukuran besar dan tinggi orang dewasa. Dalam ruang kabin dilengkapi berbagai alat sensor suara yang masing-masing terhubung satu sama lain ke mesin operator. Perlahan dalam kabin mulai memunculkan rona warna yang beragam indahnya membentuk paduan cahaya lembut memancar secara horisontal, vertikal, dan diagonal. Gambaran ini mirip sekali pertemuan beberapa pelangi nan sejuk membidik mata siapa pun yang memandangnya. Namun, di balik keindahan itu mengalir kekuatan dahsyat sistem teknologi transformasi yang dihasilkan dari daya pancarannya.
Terlihat profesor dengan tenangnya berjalan mengawasi setiap pergerakan rona cahaya di dalam kabin untuk mengetahui apakah semua program bekerja sesuai dengan prosedur. Sesekali ia pun memperhatikan ketepatan dan kecepatan setiap anggota tim laboratorium sebagai operator yang mengendalikan prosedur kerja agar sesuai perencanaan. Bahkan ia pun terkadang menghampiri sang operator untuk memastikan sendiri secara lebih jelas setiap milidetik transformasi daya program dari operator ke kabin. Ia juga ingin memberi dukungan mental kepada mereka agar lebih berhati-hati dan waspada, akurat dan tetap semangat. Ini sangat berguna sekali untuk menghindari kelalaian pemrograman.
Seketika serentak hitungan mundur mencapai angka nol di layar monitor masing-masing, maka para asisten profesor dengan sangat sigap melakukan penyensoran dan pengkodean sistem secara bersama-sama, lalu diakhiri dengan penekanan enter dan ruang kabin kini sudah ditempati oleh sesosok manusia yang tak asing lagi bagi mereka. Sosok tersebut muncul secara cepat mulai dari kepala, tubuh dan kedua tangan hingga ke kedua kakinya. Sosok tubuh manusia tersebut tidak sebanding dengan luas kabin untuk ukuran tubuh manusia dewasa, dan terlihat masih ada setengah ruang kabin kosong ke atas dan masih cukup tersisa ruang di sebelah kanan dan kirinya. Itu benar-benar menandakan kabin yang terlalu kecil untuk ukurannya yang masih anak-anak. Sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Aga, yang mereka ketahui, sebagai Sang Terpilih. Ia nampak berdiri dengan tenang, tak bergeming sedikit pun dengan matanya yang terpejam, seolah seperti tertidur pulas dan sedang bermimpi indah dalam tidurnya.
Pandangan sinar mata profesor yang lembut dan senyuman mengembang dari bibirnya memperlihatkan rasa gembira dan bahagia. Begitu juga para asisten masih terus memandangi sosok anak-anak di dalam kabin ikut tersenyum dan memancarkan pandangan kegembiraan dan kebahagiaan. Sepertinya mereka telah berhasil terhadap sesuatu karena terlihat mengucapkan rasa syukur dengan menyapukan tangan mereka ke wajah masing-masing.
“Terima kasih, Ya Tuhan …” Terdengar mereka bersama-sama mengucapkan terima kasih setelah beberapa saat memandangi sosok tubuh anak-anak itu terlihat sehat dan segar.
“Kita berhasil, Profesor,” seru salah seorang dari mereka ke arah profesor yang disambut profesor dengan senyuman.
“Ya,” sahutnya.
“Iya, Prof. Tahap pertama ini kita berhasil….” Sambut asisten lainnya lagi.
Diikuti para asistennya yang lain membenarkan keberhasilan yang mereka telah kerjakan barusan.
“Ya, kalian benar. Sampai pada tahap pertama ini, puji syukur kepadaMu, Ya Tuhanku, kita berhasil melakukan transformasi hingga tiba di kabin itu dengan selamat,” profesor itu membenarkan kata-kata mereka.
“Sekarang, mari kita persiapkan fase terakhir setelah beberapa saat ia beradaptasi dengan kondisi yang akan diterima berikutnya,” lanjutnya lagi menjelaskan.
Keempat asistennya pun bangkit dari kursinya dan berjalan untuk berkumpul membentuk sebuah formasi berjajar yang dipimpin langsung oleh sang profesor menyiapkan langkah berikutnya: sistem sensor dan pengkodean akses perubahan fisik dan mental. Jarak mereka begitu dekat hanya dibatasi selubung cahaya berjarak beberapa sentimeter saja. Mereka serempak mengangkat kedua tangannya tepat di depan wajahnya dan jemari mereka terlihat seperti sedang menekan tombol-tombol tertentu yang tak dapat terlihat dengan pandangan mata biasa. Mereka sedang melakukan pengkodean. Mulut mereka membisikkan kata-kata tertentu seperti penyebutan kode yang menandakan bahwa mereka sedang melakukan penyensoran. Inilah yang mereka sebut sebagai Sistem Sensor Suara dan Pengkodean Akses Dijital. Sebuah kemajuan teknologi yang tercipta di dunia lain berupa percepatan pendewasaan manusia secara fisik dan mental dalam sekejap!
Sementara di dalam ruang kabin yang sangat transparan, terlihat Aga mengalami perubahan sangat ekstrim. Matanya masih tertutup rapat, tubuhnya masih tak bergerak bagaikan sedangkan melakukan penenangan, diam. Tinggi tubuhnya sekarang sudah mencapai sekitar dua ratus sentimeter dan lingkar tubuhnya membesar dengan otot-otot badan, kedua tangan dan kaki kekar padat berisi, dan gempal sangat proporsional perpaduannya bak antara kebugaran seorang binaragawan dan keindahan tubuh seorang perenang pada puncak stamina fisiknya. Bahkan, raut wajahnya sangat molek bak melebihi ketampanan seorang fotomodel di dunia atau pangeran sejagat.
Setelah profesor dan keempat asisten selesai secara bersamaan, mereka pun sekali lagi mengucapkan doa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menyapukan tangan ke wajah masing-masing. Mereka saling berpandangan dan melempar senyuman satu sama lain dan berpelukan pertanda keberhasilan atas serangkaian sistem kerja terpadu hari itu.
“Saudara-saudaraku, kita bersyukur atas keberhasilan kerja tim kita hari ini dengan sangat gemilang tanpa kurang suatu apa pun sesuai yang telah kita rencanakan. Sebelum kita membuat laporan resmi di hadapan Sidang Dewan Musyawarah Besar Kerajaan, sebagai laporan awal kepada Paduka Raja aku ingin kita berlima melapor kepada Yang Mulia,” ajak sang profesor yang disambut para asistennya dengan anggukan penuh kebahagiaan dan kebanggaan karena telah bergabung dalam tim kerja sang profesor.
             Lalu mereka berlima terlihat melapor kepada rajanya melalui tayangan jarak jauh dengan sistem sensor audio-visual. Selesai melapor raja pun menyampaikan rasa syukur dan bahagia serta ucapan terima kasih yang sangat mendalam kepada tim kerja laboratorium istana kerajaan. Kalimat terakhir raja terdengar memberi titah agar melaporkan secara resmi pada Sidang Dewan tersebut yang akan ditayangkan secara langsung ke seluruh penjuru negeri kerajaan itu pada waktu yang telah ditetapkan.

Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar