Minggu, 07 Juli 2013

Fatsal 2 Dunia Baru Antah-Berantah




Fatsal 2 Dunia Baru Antah-Berantah

“Paduka Yang Mulia, mohon berikan hamba waktu untuk melapor,” dengan membungkukkan badannya seorang pria gagah berseragam perang yang lengkap seperti layaknya seorang komandan pasukan hendak melapor.
“Silakan,” sahut seorang pria berjubah dengan sebuah mahkota agung dan sebuah tongkat berkepala seekor garuda mengepakkan sayapnya.
“Bagaimana hasil pemantauanmu Jenderal Zargi?” Pria tua berjanggut putih panjang hingga sebatas dada yang ternyata merupakan tokoh pimpinan bak seorang raja itu lanjut bertanya.
Sang PahlawanKsatria Penyelamat kini sudah memasuki fase satu di Zona Peluncuran, Paduka hamba,” jawab Zargi, sang komandan pasukan perang kerajaan berpangkat jenderal dengan sangat sopan dan hati-hati.
“Bagus, bagus sekali, Jenderal,” tukas sang raja.
“Biarkan Ksatria Aga tidur dan beristirahat dengan keluarganya dan tidak ada seorang pun yang boleh mengganggunya dan fase selanjutnya sudah dipahami, bukan?” Lanjutnya memberi instruksi sambil bertanya.
“Benar, Paduka Yang Mulia, perintah dilaksanakan dan hamba telah menyampaikan semua instruksi Paduka kepada seluruh komponen terkait. Selanjutnya hamba mohon bangkit untuk melanjutkan tugas hamba berikutnya, Yang Mulia,” sambil kembali membungkukkan tubuhnya Komandan Zargi mengakhiri laporannya.
“Baiklah Zargi, kamu diizinkan melanjutkan tugasmu,” perintah raja dengan menjulurkan tangannya mempersilakan sang komandan.
“Terima kasih, Yang Mulia,” sambil berdiri tegak dan berjalan sang komandan nan gagah tersebut mundur hingga keluar dari ruang sang raja yang begitu asri, di sisi kanan dan kiri terdapat gemericik air yang jatuh ke kolam nan jernih dihiasi dengan juntaian umbul-umbul warna-warni nan indah dan sedap dipandang mata.
Sang raja nampak tersenyum bahagia mendengar laporan komandan perangnya, lalu mengambil sebuah anggur dari baki perak sang dayang yang berdiri di sebelah kirinya, dan memakannya. Begitu selesai mengunyah dan menelannya, dia menatap seisi ruangan dengan perasaan senang seolah-olah seperti ingin berbagi dengan para hadirin di sana: para sesepuh, punggawa dan ksatria penjaga yang berdiri berjajar di hadapannya di sebelah kanan dan kirinya. Mereka pun ikut tersenyum gembira seolah-olah mengerti bahwa sang raja mereka sedang berbahagia saat itu.
“Wahai para sesepuh penasehat, punggawa dan ksatria penjaga Istana Kerajaan Gemrilozie, dengarkanlah maklumatku,” gelegar sang raja penuh wibawa dan pesona membuka sambutannya.
“Hari ini, seperti hari yang telah dijanjikan itu, kini telah datang di tengah-tengah kita. Seperti yang telah kusampaikan di hadapan kalian dan seluruh rakyat …… bahwa menurut keyakinan kita telah diberitahukan akan datang seorang pria tampan nan gagah berani…… dari dunia lain, akan menjadi Sang Pahlawan negeri yang cinta-damai ini. Ia merupakan seorang tokoh penyelamat bagi kita…..!” Seru sang raja kembali, lalu diam sejenak yang diikuti dengan tepuk tangan meriah segenap hadirin seisi ruangan. Setelah berhenti riuh rendah itu….
“Namun…. bagi kita, itu bukan berarti tanpa kerja keras. Karena di dunia asalnya ia Sang Terpilih tersebut merupakan seorang balita di negerinya, sekitar enam menjelang tujuh tahun usianya atau layaknya si jabang bayi di dunia kita…..” lanjut sang raja mengingatkan mereka.
“Oleh karena itu, tugas kita seluruh jajaran di negeri Kerajaan Gemrilozie, tanpa kecuali wajib mendukung dan membantu program yang telah lama kita programkan ini. Yaitu mempersiapkan sang jabang bayi Sang Terpilih menjadi Ksatria Penyelamat….” Suara sang raja kembali menderu yang diikuti tepuk tangan para hadirin sambil meneriakkan kata-kata pujian
“Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja!” Teriak para hadirin dengan penuh semangat di ruangan tersebut. Setelah hening sejenak,
“Baiklah….esok akan aku umumkan di hadapan seluruh rakyatku tentang kabar gembira ini. Untuk saat ini kalian boleh beristirahat untuk persiapan esok tersebut,” sang raja mengakhiri maklumat hari itu dan meninggalkan ruangan tersebut lalu masuk ke peraduan. Selanjutnya para hadirin yang ada di sana dengan tertib dan rapi membubarkan diri kembali ke tempatnya masing-masing dengan dipenuhi kegembiraan dan kebahagiaan terpancar dari wajah mereka.
Hari telah berganti dan kini di hadapan lautan manusia rakyat Kerajaan Gemrilozie yang hadir dengan penuh antusias ingin mendengarkan maklumat sang raja mereka tegap berdiri menantikan gerangan apa yang akan menjadi berita gembira bagi kerajaan dan rakyat tersebut. Begitu muncul dari atas singgasana sang raja, spontan seluruh rakyat bertepuk tangan dengan riuh dan gempita melihat raja, pemimpin idola mereka.
Sang raja pun, diiringi dan didampingi permaisuri raja, beberapa pangeran dan putri, para sesepuh, punggawa dan ksatria penjaga istana, melepaskan senyuman dan melambaikan tangan di hadapan mereka, lalu….
“Wahai rakyatku tercinta…..” begitu sang raja idola ini memulai maklumat di hadapan lautan rakyatnya.
“Ia merupakan Sang Pahlawan Penyelamat, Ksatria Aga, Sang Pembebas!” Kembali sang raja melanjutkan maklumatnya lalu diikuti kembali dengan tepuk tangan meriah para hadirin sambil meneriakkan kata-kata pujian terhadapnya.
“Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja!!!” Gema teriakan seluruh rakyat yang hadir penuh semangat membahana di balairung raksasa milik istana kerajaan tersebut.
Kemudian suasana hening dan raja kembali melanjutkan.
“Satu hal yang tidak boleh dilupakan bahwa ini merupakan tahap awal dan kita baru memulainya. Permulaan dalam menghadapi ancaman yang sudah sama-sama kita ketahui…. yaitu serangan musuh yang iri dari kerajaan tetangga kita di selatan, Tucapenbath, yang selalu mengganggu ketenteraman negeri nan cinta damai ini!!!” Deru sang raja dengan kata-kata nan begitu nikmat didengar namun mengobarkan api semangat rakyatnya.
Tanpa ada yang mengkomando, spontan rakyat kembali meneriakkan pujian mereka kepada sang raja.
“Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja!!!”
“Kita semua harus bersiap-siaga, dan Sang Pembebas, Ksatria Aga, kini telah lahir bagi kerajaan kita seperti yang telah dijanjikan, pahlawan kita, tentu saja, belum mengetahui sebelumnya tentang misi dan kehadirannya yang telah tersirat di dalam Garis-garis Besar Kitab Tersurat dan Tersirat Kerajaan Gemrilozie,” papar sang raja sambil melemparkan senyum bahagia ke seluruh penjuru sudut balairung kota yang menjadi alun-alun kota.
“Oleh karena itu, setiap dari kita yang sudah mendapat tugas mulia kerajaan untuk memepersiapkan agar Sang Terpilih menguasai segala sesuatu yang seharusnya, terima kasih rakyatku yang cinta damai dan salam untuk keluarga kalian masing-masing,” lanjut sang raja mengakhiri maklumat menggembirakan ini.
“Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja! Hidup Paduka Raja Aribi Dilwiba!!!”
Wajah rakyatnya terlihat kegembiraan dan kebahagiaan tersendiri yang bukan alang-kepalang dan begitulah serempak pujian kembali membahana. Raja pun bergerak ke kanan dan kiri melambai sambil beranjak meninggalkan balairung tersebut, sementara tepuk tangan tak henti-hentinya membahana pertanda sukacita.

Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar