Fatsal 11 Musyawarah
Kerajaan
Setelah sebelumnya sambutan Raja Aribi Dilwiba sebagai
ketua Sidang Dewan Musyawarah Besar Kerajaan di istana Kerajaan Gemrilozie digelar
yang didengarkan oleh seluruh peserta sidang dengan penuh khidmat dan takzim
dan disambung oleh Jenderal Zargi menjelaskan segi-segi pertahanan dan keamanan
istana dan kerajaan sehubungan dengan keberadaan sang ksatria, suasana sidang kembali
menjadi sangat hening. Seluruh
hadirin masih menunggu dengan tenang untuk mendengarkan laporan puncak
disampaikan sang profesor yang didampingi para asistennya.
Profesor memulai laporannya dengan
memberitahukan kondisi fisik dan psikis sang ksatria di dunia lain.
“Sang ksatria kita baru berumur
sekitar tujuh tahun kurang beberapa bulan,” begitu ia memulai cerita di podium
yang berhadapan kurang lebih berjumlah seratus sesepuh, pemangku jabatan dan
abdi istana kerajaan.
“Sebenarnya, perjalanan dari alam
dunia ini menuju dunia tersebut menempuh waktu tiga ratus enam juta tahun
kecepatan cahaya lamanya. Namun, karena kita dapat menembus alam dunia mereka
dengan sistem teknologi sensor yang dimiliki Kerajaan Gemrilozie maka waktu
tempuh telah relatif singkat dari dan ke sana. Lebih lengkap tentang kehidupan
di alam dunia yang disebut bumi itu kami telah bukukan dan masuk dalam katalog
perbendaharaan di perpustakaan pusat istana kerajaan.”
“Meskipun tingkat kecerdasan bawaan
sang ksatria tidak berada di atas rata-rata menurut standar di bumi itu, dengan
dasar teknologi yang kita miliki dan sifat dasar ketangkasan sebagai bakat
keksatriaannya maka itu tidak akan menjadi penghalang sedikit pun bagi kami
dalam menangani misi mulia ini…..”
“Ini benar-benar merupakan hal yang
sangat sinkron atas kontemplasi
Paduka Raja Aribi Dilwiba dan pembuktian riset dan pengembangan ilmiah kami di
laboratorium istana.”
Para hadirin yang berada di sana
mendengarkan ulasan Profesor Cherpantulas dengan sangat antusias dan
mengembangkan senyum serta memanjatkan syukur atas karunia Sang Maha Kuasa bagi
kerajaan mereka. Sang profesor menceritakan postur, sifat, sikap dan
karakteristik sang ksatria merupakan sebuah pilihan yang sangat lengkap sebagai
Sang Terpilih. Disampaikannya juga,
ia dan timnya tidak menemukan kesulitan sedikit pun saat mentransformasi semua
kekuatan dan ketahanan fisik dan mental ke dalam dirinya, bahkan seolah-olah
seperti menyerap dan menyatu sehingga membentuk manusia baru yang mengarah ke
kesempurnaan, katanya. Menurutnya dan tim kerja, masih sangat banyak ruang
kosong yang tersedia di dalam otak dan tubuhnya untuk bisa diisi dengan
berbagai bidang intelegensia dan
emosional positif demi kepentingan kehidupan peradaban yang lebih maju. Yang
lebih menarik lagi, sang ksatria nantinya akan didampingi secara priodik oleh
mitra-mitra barunya yang berasal dari kalangan keluarganya sendiri. Ia pun
menambahkan, penjadualan transformasi sensor dan pengkodean berikutnya akan
segera dimulai setelah acara laporan sidang ini kepada Satria sebagai orang tua
laki-laki Ksatria Aga di bumi, Kemal sebagai kakak laki-laki dan Nandya sebagai
kakak sulung perempuan.
“Sebuah program sudah akan dimulai untuk
mentransformasi segala sesuatu yang diperlukan,” tambahnya lagi.
Mendengar itu semua, sang raja
mengangkat tangan pertanda memanjatkan syukur diikuti seluruh peserta yang
hadir di sana dan bertepuk tangan.
Sebelum mengakhiri laporan dalam
sidang besar itu, ia dan tim memberikan kesempatan untuk menjawab beberapa
pertanyaan dan dijawab secara bergantian oleh seluruh anggota tim kerja istana.
“Menurut data riset kami setelah
beberapa sampel pengujian, ternyata penjadualan sistem sensor dan pengkodean
akses yang dilaksanakan satu-persatu secara bertahap memberikan hasil yang
lebih maksimal dan optimal,” jawabnya ketika salah seorang hadirin menanyakan
kenapa tidak dilakukan proses transformasi terhadap mereka berempat sekaligus
dalam satu waktu.
Semua nampak bergembira dan
berbahagia mendengar semua laporan dan jawaban. Para hadirin menyalami dan
mengucapkan selamat kepada sang jenderal dan beberapa bawahannya, profesor dan
tim kerjanya. Pada acara puncaknya, mereka melakukan perjamuan makan yang
begitu khidmat bersama-sama.
Sementara di sebuah tempat terpisah,
Aga yang kini telah menjadi sosok pria dewasa yang sangat gagah, tampan dan
rupawan terlihat sedang berdiri di depan sebuah kaca besar di dalam sebuah
kamar di istana kerajaan. Kini ia menjadi seorang tamu istimewa kerajaan yang
dijamu dan dilayani dengan penuh sukacita. Nampaklah ia sedang memperhatikan
dirinya seolah-olah hampir tak percaya dengan kenyataan itu, namun ia sudah
mendapatkan banyak petunjuk dan bimbingan dari sang profesor dan timnya serta
sang jenderal beserta beberapa bawahannya. Ia pun menjadi mahfum. Sesekali mencoba
menekan dan memijit sendiri salah satu anggota tubuhnya untuk mengetahui
keberadaanya kini. Ia mencoba mengingat-ingat kembali kata-kata sang jenderal
dan profesor memberikan petunjuk dan prosedur penggunaan kekautan yang ada pada
dirinya. Semua itu sudah menyatu di dalam dirinya dan hanya digunakan bila
diperlukan sebagai pembelaan diri dari serangan musuh.
“Anda bisa menggunakan sensor suara
untuk memfungsikan suatu tenaga atau kekuatan tertentu baik untuk
mempertahankan diri maupun untuk menyerang balas,” ungkap sang profesor suatu
kali sambil memberikan contoh dan mempraktekkannya secara jelas.
“Terima kasih, Prof. Anda baik
sekali.”
“Ya, dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Ksatria.”
“Benar, Prof., Puji syukur Ya
Tuhanku atas semua anugerah ini hingga aku menjadi manusia yang terpilih
membantu sesama dan menumpas kejahatan di alam dunia ciptaan Engkau ini.”
Memang telah sepantasnya sebagai
makhluk beragama ia memanjatkan puji dan syukur ke hadlirat-Nya karena ia telah
menerima karunia dan keberkahan yang sungguh luar biasa baginya. Namun
sesungguhnya itu bukan apa-apa jika manusia mengingat FirmanNya bahwa Tuhan
akan menganugerahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki atau sebaliknya
“Lalu bagaimana dengan alat yang
kudapatkan dan kubawa dari duniaku itu, Prof.? Apakah itu juga bagian dari
sistem teknologi yang kau ciptakan?”
“Benar. Alat itu disebut ExtremePower
Riders. Ia memiliki banyak fungsi dan kegunaan di kala kau dalam
kesulitan, Ksatria. Ia kelak akan banyak membantu dalam beberapa hal darurat
dan ia akan menyatu dalam dirimu.”
Kemudian sang profesor pada waktu
menjelaskan bagaimana alat itu dapat menyelusup ke dalam dirinya dan muncul
seketika mendapat perintah melalui transformasi otaknya. Sang ksatria pun dapat
berkomunikasi dengan alat tersebut dengan suatu bahasa, kode atau sensor
tertentu.
Lain lagi pengarahan dan petunjuk
yang disampaikan oleh Jenderal Zargi yang banyak membahas teknik, metode dan
strategi pertempuran baik itu one-man-show
atau bergerilya. Pelajaran yang banyak ia terima dan serap merupakan pelatihan
kemiliteran berisi serangkaian sistematika pertempuran darat, laut, udara dan
bawah tanah. Semua ia pelajari dan serap semua petunjuk dan bimbingan dari
kedua pentolan itu dalam kurun waktu bebrapa menit saja, sangat singkat untuk
semua materi yang jika dibandingkan di dunianya bisa menghabiskan waktu sekitar
enam atau tujuh tahun.
Setelah seluruh rangkaian program transformasi pengetahuan tambahan dari
keduanya dirasakan telah lengkap dan dinyatakan lulus dalam pengujian dan
evaluasi terpadu saat itu, maka keduanya memberi hormat dan menyalami sang
ksatria.
“Aku harus bersiap-siap memenuhi
undangan jamuan makan dari Raja Aribi Dilwiba,” katanya dalam hati.
Ia menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan agar bisa tampil secara pantas dalam memenuhi undangan tersebut. Ia
mengenakan busana yang telah dipersiapkan untuknya dan menuju ke ruang
perjamuan makan yang telah ditentukan. Ia beranjak ke sana didampingi dua orang
pengawal yang menjadi pengawal pintu kamar peraduannya. Sesampai di sana
memberikan hormat kepada raja dengan sangat takzim, melemparkan senyum dan
anggukan kepada seluruh undangan perjamuan dan dipersilakan menempati kursi
yang telah disediakan baginya. Mereka saling bercerita tentang kehidupan
masing-masing. Seluruh undangan sangat terkesima dengan penuturan sang ksatria
mereka yang begitu polos dan tulus dalam bertutur kata dan berbudaya, bahkan
melebihi tatakrama penduduk asli di kawasan ini.
Raja terlihat sangat senang dan
bahagia dengan kehadiran sang ksatria gagah yang penuh pesona ini. Ia menjadi
terbayang akan dirinya sendiri sewaktu masa-masa seusia anak muda ini. Saat-saat
mengikuti pelajaran-pelajaran, pengujian-pengujian hingga
pertempuran-pertempuran berharga sebagai seorang pangeran yang dielu-elukan pada
masa-masa pergolakan dulu ketika ayahandanya masih menduduki singgasana ini.
Hingga usai perjamuan berakhir, sang
raja dan seluruh hadirin merasa kagum akan kehadiran sang ksatria mereka yang
diharapkan dapat menjadi pembela tanah air mereka untuk mempertahankan wilayah
kerajaan tetap aman, damai, sentosa, gemah ripah loh jinawi. Semoga saja
harapan kami terhadap ksatria ini menjadi doa yang baik, Ya Tuhan, begitu bisik
mereka dalam hati.
“Wahai Ksatria, untuk lebih mengenal
kerajaanku dan seluruh wilayahnya yang aman dan damai ini, esok aku tugaskan
engkau berkeliling di wilayah-wilayah yang kini juga telah menjadi tanah airmu.
Jenderal Zargi dan Profesor Cherpantulas, silakan kalian tentukan seorang anak
buahmu untuk mengiringinya,” titah sang raja kepada sang ksatria dan jenderal
itu.
“Titah Paduka Raja Yang Mulia akan
hamba laksanakan,” jawab mereka bertiga sembari membungkukkan badan.
Akhirnya, ditetapkanlah dua orang
pengiring sang ksatria untuk menemaninya berkeliling ke daerah-daerah kawasan
Kerajaan Gemrilozie yang terkenal subur dan makmur dan ramah penduduknya itu.
Mereka adalah Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti. Mengetahui mereka berdua yang
terpilih, terlihat betapa senangnya hati mereka bisa menemani bersama sang
ksatria berkeliling wilayah, dan tentu saja itu merupakan kebanggaan tersendiri.
Hingga selesai dan bubar acara perjamuan,
jadual selanjutnya pemrograman pentransformasian terhadap Pak Satria yang
berisi kemampuan dan keahlian tertentu yang dikhususkan untuk membantu Sang
Ksatria pada sayap kanan dalam fungsi kemanunggalannya nanti. Proses pelaksanaannya
pun dilakukan tanpa kesulitan dan hambatan yang berarti sedikit pun, karena
seluruh rangkaian telah dijalankan secara sensorik otomatis melalui
komputerisasi tingkat tinggi. Namun, muatannya lebih sederhana dan tidak sekompleks seperti halnya misi program
yang dilakukan terhadap Sang Ksatria sebagai pengemban misi utama kerajaan
tersebut. Meskipun demikian, program pelengkap ini menjadi sangat penting
karena keberadaannya akan menyokong Sang Ksatria di dalam berbagai aksi bela
negeri Kerajaan Gemrilozie. Setelah keberhasilan lanjutan ini, seluruh tim
memberikan laporan singkat kepada sang raja yang kembali disambut baik dengan
rasa syukur mereka. Kini mereka telah menyelesaikan dua sosok pembela yang
saling bermitra di wilayah mereka. Rencana penjadualan berikutnya hanya tinggal
menunggu waktu bagi sosok mitra ketiga dan keempat, yaitu Kemal yang berada di
sayap kiri dan Nandya yang akan mengambil posisi di bagian atas.
Malam ini mereka telah bekerja ekstra keras dan berhasil gemilang di
ruang laboratorium istana. Seluruh tim kembali ke kabin mereka masing-masing
untuk menikmati istirahat mereka yang membahagiakan. Namun, dari sekian banyak
yang merasakan kebahagiaan, terlihat wajah Dr. Biodenti dan Kapten Rayzor
sangat berseri-seri dan bersinar karena menerima anugerah yang sangat tinggi
hingga di pembaringan mereka beristirahat untuk tidur, keduanya tidak dapat
memejamkan mata, menunggu keberangkatan bersama sang ksatria. Dan, malam pun
terasa sangat lamban berganti hari ke esok pagi, begitu desah perasaan mereka
masing-masing.
0 komentar :
Posting Komentar