Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 11 Musyawarah Kerajaan



Fatsal 11 Musyawarah Kerajaan

            Setelah sebelumnya sambutan Raja Aribi Dilwiba sebagai ketua Sidang Dewan Musyawarah Besar Kerajaan di istana Kerajaan Gemrilozie digelar yang didengarkan oleh seluruh peserta sidang dengan penuh khidmat dan takzim dan disambung oleh Jenderal Zargi menjelaskan segi-segi pertahanan dan keamanan istana dan kerajaan sehubungan dengan keberadaan sang ksatria, suasana sidang kembali menjadi sangat hening. Seluruh hadirin masih menunggu dengan tenang untuk mendengarkan laporan puncak disampaikan sang profesor yang didampingi para asistennya.
            Profesor memulai laporannya dengan memberitahukan kondisi fisik dan psikis sang ksatria di dunia lain.
            “Sang ksatria kita baru berumur sekitar tujuh tahun kurang beberapa bulan,” begitu ia memulai cerita di podium yang berhadapan kurang lebih berjumlah seratus sesepuh, pemangku jabatan dan abdi istana kerajaan.
            “Sebenarnya, perjalanan dari alam dunia ini menuju dunia tersebut menempuh waktu tiga ratus enam juta tahun kecepatan cahaya lamanya. Namun, karena kita dapat menembus alam dunia mereka dengan sistem teknologi sensor yang dimiliki Kerajaan Gemrilozie maka waktu tempuh telah relatif singkat dari dan ke sana. Lebih lengkap tentang kehidupan di alam dunia yang disebut bumi itu kami telah bukukan dan masuk dalam katalog perbendaharaan di perpustakaan pusat istana kerajaan.”
            “Meskipun tingkat kecerdasan bawaan sang ksatria tidak berada di atas rata-rata menurut standar di bumi itu, dengan dasar teknologi yang kita miliki dan sifat dasar ketangkasan sebagai bakat keksatriaannya maka itu tidak akan menjadi penghalang sedikit pun bagi kami dalam menangani misi mulia ini…..”
            “Ini benar-benar merupakan hal yang sangat sinkron atas kontemplasi Paduka Raja Aribi Dilwiba dan pembuktian riset dan pengembangan ilmiah kami di laboratorium istana.”
            Para hadirin yang berada di sana mendengarkan ulasan Profesor Cherpantulas dengan sangat antusias dan mengembangkan senyum serta memanjatkan syukur atas karunia Sang Maha Kuasa bagi kerajaan mereka. Sang profesor menceritakan postur, sifat, sikap dan karakteristik sang ksatria merupakan sebuah pilihan yang sangat lengkap sebagai Sang Terpilih. Disampaikannya juga, ia dan timnya tidak menemukan kesulitan sedikit pun saat mentransformasi semua kekuatan dan ketahanan fisik dan mental ke dalam dirinya, bahkan seolah-olah seperti menyerap dan menyatu sehingga membentuk manusia baru yang mengarah ke kesempurnaan, katanya. Menurutnya dan tim kerja, masih sangat banyak ruang kosong yang tersedia di dalam otak dan tubuhnya untuk bisa diisi dengan berbagai bidang intelegensia dan emosional positif demi kepentingan kehidupan peradaban yang lebih maju. Yang lebih menarik lagi, sang ksatria nantinya akan didampingi secara priodik oleh mitra-mitra barunya yang berasal dari kalangan keluarganya sendiri. Ia pun menambahkan, penjadualan transformasi sensor dan pengkodean berikutnya akan segera dimulai setelah acara laporan sidang ini kepada Satria sebagai orang tua laki-laki Ksatria Aga di bumi, Kemal sebagai kakak laki-laki dan Nandya sebagai kakak sulung perempuan.
“Sebuah program sudah akan dimulai untuk mentransformasi segala sesuatu yang diperlukan,” tambahnya lagi.
            Mendengar itu semua, sang raja mengangkat tangan pertanda memanjatkan syukur diikuti seluruh peserta yang hadir di sana dan bertepuk tangan.
            Sebelum mengakhiri laporan dalam sidang besar itu, ia dan tim memberikan kesempatan untuk menjawab beberapa pertanyaan dan dijawab secara bergantian oleh seluruh anggota tim kerja istana.
            “Menurut data riset kami setelah beberapa sampel pengujian, ternyata penjadualan sistem sensor dan pengkodean akses yang dilaksanakan satu-persatu secara bertahap memberikan hasil yang lebih maksimal dan optimal,” jawabnya ketika salah seorang hadirin menanyakan kenapa tidak dilakukan proses transformasi terhadap mereka berempat sekaligus dalam satu waktu.
            Semua nampak bergembira dan berbahagia mendengar semua laporan dan jawaban. Para hadirin menyalami dan mengucapkan selamat kepada sang jenderal dan beberapa bawahannya, profesor dan tim kerjanya. Pada acara puncaknya, mereka melakukan perjamuan makan yang begitu khidmat bersama-sama.
            Sementara di sebuah tempat terpisah, Aga yang kini telah menjadi sosok pria dewasa yang sangat gagah, tampan dan rupawan terlihat sedang berdiri di depan sebuah kaca besar di dalam sebuah kamar di istana kerajaan. Kini ia menjadi seorang tamu istimewa kerajaan yang dijamu dan dilayani dengan penuh sukacita. Nampaklah ia sedang memperhatikan dirinya seolah-olah hampir tak percaya dengan kenyataan itu, namun ia sudah mendapatkan banyak petunjuk dan bimbingan dari sang profesor dan timnya serta sang jenderal beserta beberapa bawahannya. Ia pun menjadi mahfum. Sesekali mencoba menekan dan memijit sendiri salah satu anggota tubuhnya untuk mengetahui keberadaanya kini. Ia mencoba mengingat-ingat kembali kata-kata sang jenderal dan profesor memberikan petunjuk dan prosedur penggunaan kekautan yang ada pada dirinya. Semua itu sudah menyatu di dalam dirinya dan hanya digunakan bila diperlukan sebagai pembelaan diri dari serangan musuh.
            “Anda bisa menggunakan sensor suara untuk memfungsikan suatu tenaga atau kekuatan tertentu baik untuk mempertahankan diri maupun untuk menyerang balas,” ungkap sang profesor suatu kali sambil memberikan contoh dan mempraktekkannya secara jelas.  
            “Terima kasih, Prof. Anda baik sekali.”
            “Ya, dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ksatria.”
            “Benar, Prof., Puji syukur Ya Tuhanku atas semua anugerah ini hingga aku menjadi manusia yang terpilih membantu sesama dan menumpas kejahatan di alam dunia ciptaan Engkau ini.”
            Memang telah sepantasnya sebagai makhluk beragama ia memanjatkan puji dan syukur ke hadlirat-Nya karena ia telah menerima karunia dan keberkahan yang sungguh luar biasa baginya. Namun sesungguhnya itu bukan apa-apa jika manusia mengingat FirmanNya bahwa Tuhan akan menganugerahkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki atau sebaliknya
            “Lalu bagaimana dengan alat yang kudapatkan dan kubawa dari duniaku itu, Prof.? Apakah itu juga bagian dari sistem teknologi yang kau ciptakan?”
            “Benar. Alat itu disebut ExtremePower Riders. Ia memiliki banyak fungsi dan kegunaan di kala kau dalam kesulitan, Ksatria. Ia kelak akan banyak membantu dalam beberapa hal darurat dan ia akan menyatu dalam dirimu.”
            Kemudian sang profesor pada waktu menjelaskan bagaimana alat itu dapat menyelusup ke dalam dirinya dan muncul seketika mendapat perintah melalui transformasi otaknya. Sang ksatria pun dapat berkomunikasi dengan alat tersebut dengan suatu bahasa, kode atau sensor tertentu.
            Lain lagi pengarahan dan petunjuk yang disampaikan oleh Jenderal Zargi yang banyak membahas teknik, metode dan strategi pertempuran baik itu one-man-show atau bergerilya. Pelajaran yang banyak ia terima dan serap merupakan pelatihan kemiliteran berisi serangkaian sistematika pertempuran darat, laut, udara dan bawah tanah. Semua ia pelajari dan serap semua petunjuk dan bimbingan dari kedua pentolan itu dalam kurun waktu bebrapa menit saja, sangat singkat untuk semua materi yang jika dibandingkan di dunianya bisa menghabiskan waktu sekitar enam atau tujuh tahun.
            Setelah seluruh rangkaian program transformasi pengetahuan tambahan dari keduanya dirasakan telah lengkap dan dinyatakan lulus dalam pengujian dan evaluasi terpadu saat itu, maka keduanya memberi hormat dan menyalami sang ksatria.
            “Aku harus bersiap-siap memenuhi undangan jamuan makan dari Raja Aribi Dilwiba,” katanya dalam hati.
            Ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan agar bisa tampil secara pantas dalam memenuhi undangan tersebut. Ia mengenakan busana yang telah dipersiapkan untuknya dan menuju ke ruang perjamuan makan yang telah ditentukan. Ia beranjak ke sana didampingi dua orang pengawal yang menjadi pengawal pintu kamar peraduannya. Sesampai di sana memberikan hormat kepada raja dengan sangat takzim, melemparkan senyum dan anggukan kepada seluruh undangan perjamuan dan dipersilakan menempati kursi yang telah disediakan baginya. Mereka saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Seluruh undangan sangat terkesima dengan penuturan sang ksatria mereka yang begitu polos dan tulus dalam bertutur kata dan berbudaya, bahkan melebihi tatakrama penduduk asli di kawasan ini.
            Raja terlihat sangat senang dan bahagia dengan kehadiran sang ksatria gagah yang penuh pesona ini. Ia menjadi terbayang akan dirinya sendiri sewaktu masa-masa seusia anak muda ini. Saat-saat mengikuti pelajaran-pelajaran, pengujian-pengujian hingga pertempuran-pertempuran berharga sebagai seorang pangeran yang dielu-elukan pada masa-masa pergolakan dulu ketika ayahandanya masih menduduki singgasana ini.
            Hingga usai perjamuan berakhir, sang raja dan seluruh hadirin merasa kagum akan kehadiran sang ksatria mereka yang diharapkan dapat menjadi pembela tanah air mereka untuk mempertahankan wilayah kerajaan tetap aman, damai, sentosa, gemah ripah loh jinawi. Semoga saja harapan kami terhadap ksatria ini menjadi doa yang baik, Ya Tuhan, begitu bisik mereka dalam hati.
            “Wahai Ksatria, untuk lebih mengenal kerajaanku dan seluruh wilayahnya yang aman dan damai ini, esok aku tugaskan engkau berkeliling di wilayah-wilayah yang kini juga telah menjadi tanah airmu. Jenderal Zargi dan Profesor Cherpantulas, silakan kalian tentukan seorang anak buahmu untuk mengiringinya,” titah sang raja kepada sang ksatria dan jenderal itu.
            “Titah Paduka Raja Yang Mulia akan hamba laksanakan,” jawab mereka bertiga sembari membungkukkan badan.
            Akhirnya, ditetapkanlah dua orang pengiring sang ksatria untuk menemaninya berkeliling ke daerah-daerah kawasan Kerajaan Gemrilozie yang terkenal subur dan makmur dan ramah penduduknya itu. Mereka adalah Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti. Mengetahui mereka berdua yang terpilih, terlihat betapa senangnya hati mereka bisa menemani bersama sang ksatria berkeliling wilayah, dan tentu saja itu merupakan kebanggaan tersendiri.
Hingga selesai dan bubar acara perjamuan, jadual selanjutnya pemrograman pentransformasian terhadap Pak Satria yang berisi kemampuan dan keahlian tertentu yang dikhususkan untuk membantu Sang Ksatria pada sayap kanan dalam fungsi kemanunggalannya nanti. Proses pelaksanaannya pun dilakukan tanpa kesulitan dan hambatan yang berarti sedikit pun, karena seluruh rangkaian telah dijalankan secara sensorik otomatis melalui komputerisasi tingkat tinggi. Namun, muatannya lebih sederhana dan tidak sekompleks seperti halnya misi program yang dilakukan terhadap Sang Ksatria sebagai pengemban misi utama kerajaan tersebut. Meskipun demikian, program pelengkap ini menjadi sangat penting karena keberadaannya akan menyokong Sang Ksatria di dalam berbagai aksi bela negeri Kerajaan Gemrilozie. Setelah keberhasilan lanjutan ini, seluruh tim memberikan laporan singkat kepada sang raja yang kembali disambut baik dengan rasa syukur mereka. Kini mereka telah menyelesaikan dua sosok pembela yang saling bermitra di wilayah mereka. Rencana penjadualan berikutnya hanya tinggal menunggu waktu bagi sosok mitra ketiga dan keempat, yaitu Kemal yang berada di sayap kiri dan Nandya yang akan mengambil posisi di bagian atas.
             Malam ini mereka telah bekerja ekstra keras dan berhasil gemilang di ruang laboratorium istana. Seluruh tim kembali ke kabin mereka masing-masing untuk menikmati istirahat mereka yang membahagiakan. Namun, dari sekian banyak yang merasakan kebahagiaan, terlihat wajah Dr. Biodenti dan Kapten Rayzor sangat berseri-seri dan bersinar karena menerima anugerah yang sangat tinggi hingga di pembaringan mereka beristirahat untuk tidur, keduanya tidak dapat memejamkan mata, menunggu keberangkatan bersama sang ksatria. Dan, malam pun terasa sangat lamban berganti hari ke esok pagi, begitu desah perasaan mereka masing-masing.


Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar