Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 19 Penyusupan XPR




Fatsal 19 Penyusupan XPR

            Kami telah memutuskan berangkat saat ini, karena menimbang suasana perayaan kemenangan dengan pesta-pora mereka di istana Kerajaan Tucapenbath. Aku berpikir inilah saat yang sangat tepat di saat mereka sedang asyik dengan kegembiraan dan kesenangan. Bisa saja mereka melupakan suatu kemungkinan yang dapat terjadi terhadap diri mereka kapan saja. Pertimbanganku pun mendapatkan persetujuan dan dukungan Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti. Aku mengusulkan mereka tidak ikut serta dan tetap berada di kabin raksasa yang tersembunyi dari pendeteksian ini. Mereka bertugas memonitor segala perkembangan yang terjadi.
            Setelah segala persiapan dan perencanaan telah kami atur secara matang dan seksama mulai dari strategi penyusupan kami hingga penyelamatan dan pemulangan para sandera, akhirnya kami pun berangkat.
Aku dan ketiga rekanku, papa sang harimau, Kemal sang singa, dan Kak Dea sang rajawali mengatur dan mengkaji ulang formasi dan siasat kami. Setelah pengaturan formasi dan mereka telah masuk dan menyatu ke dalam perisai diriku, aku merubah modus perwujudanku menjadi Modus Empat yang akan mampu melakukan metamorfosa sesuai keinginanku. Ketiganya kini telah berada di kabin sayap kanan, kiriku dan atas. Kulapisi seluruh tubuhku dengan perisai tubuh antisenjata dan deteksi sehingga kini perwujudanku bagaikan sebuah robot besar berlapis besi baja antirudal dan misil. Aku bergegas menuju pesawat di hanggar melingkar dan meluncur melesat ke luar dari kabin rahasia ini.
            Beberapa kali kami berpapasan dengan pesawat-pesawat patroli Kerajaan Tucapenbath yang berkeliling dan berputar-putar di sekitar kawasan Kerajaan Gemrilozie tanpa sedikit pun terdeteksi oleh mereka. Tidak berapa lama kami telah keluar dari zona perbatasan angkasa, dan memasuki wilayah-wilayah yang dahulunya merupakan Kerajaan Gromlan Kotche, Kerajaan Cakrimarangi, Kerajaan Zolamandara, Kerajaan Owprahkorcha, dan Solmeah Raya. Semua wilayah kerajaan ini sekarang telah ditaklukkan dan direbut oleh Kerajaan Tucapenbath. Bahkan sang raja telah memproklamirkan bahwa wilayah Kerajaan Gemrilozie telah menjadi bagian dari wilayah kerajaannya, sehingga wilayahnya kini terbentang sangat luas. Ini merupakan sebuah bukti nyata nilai keserakahan dan ketamakan yang luar biasa yang dilakukan secara paksa dan tidak manusiawi. Terlebih-lebih lagi, ia tidak mau mengakui kedaulatan kerajaan-kerajaan lain yang ada di kawasan tersebut. Ia berpandangan bahwa hanyalah dirinyalah yang pantas menjadi seorang pemimpin dari sebuah kerajaan.
            Di sekitar kawasan ini laju pesawat kami agak sedikit kuperlambat. Dari dalam pesawat, aku, papa dan saudara-saudaraku memperhatikan para pekerja paksa yang tengah bekerja untuk membangun kembali bekas puing-puing wilayah mereka. Segala kerusakan dan kehancuran yang disebabkan oleh pemimpin mereka kini mereka yang harus menanggungnya. Para pemimpin tidak mau perduli apakah mereka merasakan kepedihan dan penderitaan yang luar biasa atau tidak. Mereka tidak mau tahu apakah rasa haus dan lapar mereka sangat mendera fisik dan batin. Mereka pun tidak mau kompromi lagi bahwa kehidupan dengan segala kenikmatan dan kesenangan berasal dari cucuran keringat dan darah rakyatnya. Juga tidak mau perduli apakah kepemimpinan mereka saat ini berkat kehadiran sang rakyat. Yang mereka tahu betapa empuknya duduk di kursi-kursi singgasana istana sambil menikmati jabatan yang diperolehnya dari rakyat. Yang mereka tahu bahwa dengan menerbitkan dan mengeluarkan peraturan dan perundang-undangan bagi rakyatnya agar terus tunduk dan patuh terhadapnya adalah prestasi besar yang hanya diri mereka saja yang mampu melakukannya. Juga yang mereka mau hanya terus berada dalam posisi kesenangan dan kenikmatan manisnya hidup dengan meminum minuman dan memakan makanan dari keringat dan darah yang mereka pimpin.
            “Lihat rakyat itu, hey raja!” Bisikku gemas dalam hati.
            Meskipun, perasaan kami merasa terpukul melihat nasib orang-orang di bawah sana, kami pun dalam kondisi serupa. Kerajaan kami pun porak-poranda akibat ulah raja yang serakah dan tamak itu. Aku tetap yakin bahawa demi hidup mereka bekerja dengan rela dan ikhlas di dalam tekanan dan siksaan tentara pasukan kerajaan.
            Radar pesawat misterius kami memberikan petunjuk bahwa beberapa detik lagi lesatan pesawat kami akan mendekati zona wilayah Kerajaan Tucapenbath. Angka menunjukkan kecepatan sembilan ribu juta sembilan per osh. Di alam ini, satu osh hampir berjarak sembilan ribu sembilan mil jauhnya. Sementara kecepatan kami, yang menurutku, sangat dahsyat bila dibandingkan pesawat tercepat di alam dunia sekali pun. Itu artinya hampir sebanding dengan kecepatan sebuah pesawat antariksa ulang-alik tercepat sebanyak seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan kali perjalanan dari bumi ke planet Neptunus. Kuturunkan kecepatan lajunya. Beberapa kali aku pun berputar di atas kawasan itu mengawasi setiap situasi dan kondisi di sana dari kejauhan melalui layar monitorku dan kutransmisi ke setiap monitor awak lainnya. Terakhir kupantau kondisi dan situasi istana raja yang terhias sangat megah bak sebuah mutumanikam dan jamrud beruntaikan pesona gemerlap berlian dan permata. Ketiga ksatria sebagai awak pesawat pun berdecak kagum berkali-kali, terpesona yang tak alang-kepalang. Dengan memperhatikan dan menimbang segala kemungkinan yang nampak aman dan cukup kondusif bagi rencana kami semula, pesawat langsung kutancap mendekati areal istana dan kuposisikan di sebuah tempat yang cukup strategis.
            Seperti yang telah kami rencanakan, kami akan tetap bersama-sama hingga menemukan sebuah tempat para tahanan ditawan. Dan di sanalah kami menyebar untuk mengemban tugas masing-masing. Setelah kami tiba pada sebuah kabin besar yang nampak kosong, kami menyiapkan semua prototip manusia yang terdiri dari sosok raja dan keluarganya hingga para pembesarnya lengkap dengan segala hiasan dan ornamen pada tubuh mereka. Semua prototip itu nantinya akan menjadi boneka yang terlihat mirip sekali dengan perwujudan sang raja dan para pembesar yang ditawan di sana. Kelebihan seluruh boneka ini pun dirancang agar mampu memberikan perambatan atau penyaluran enerji tertentu di antara satu dengan lainnya, dan dilengkapi dengan sebuah bom waktu! Dengan alat XPR, aku memperoleh segenap gambar peta ruang istana kerajaan, dan langsung mentransmisikannya ke ruang laboratorium raksasa rahasia yang sedang digawangi oleh Dr. Biodenti dan Kapten Rayzor. Mereka telah menangkap transmisiku dan menyimpannya ke dalam sebuah program. Mereka langsung mengerjakan tugas-tugas mereka, seperti menonaktifkan kamera-kamera pengintai tersembunyi, menyamarkan, dan memalsukan tampilan monitor setelah terjadi pergerakan kami di segenap ruang istana. Di samping itu, sebagai tambahan penjagaan kemanan, sang asisten profesor memprogram dan menyusupkan atmosfir penenang agar mereka merasa lelah, letih dan mengantuk. Mereka bekerja dengan sangat cepat dari jarak yang sangat jauh dari tempat kami berada. Mereka pun melaporkan kepadaku bahwa segenap ruang kini dapat mereka kendalikan dengan sangat baik.
            Hingga beberapa ruang istana yang berbentuk kabin-kabin yang sangat megah aku jelajahi tanpa terdeteksi, aku kini telah mendekati jajaran kabin yang dijaga sangat ketat beberapa orang pengawas dilengkapi dengan persenjataan sensor mutakhir lengkap dengan seragam ulat bulu bercagaknya yang mengerikan. Dari arah yang tak begitu jauh dariku dan para pengawal yang berjaga-jaga, kudengar alunan musik dengan berbagai jenis lagu menyatu mendendangkan irama yang hingar-bingar tak jelas di telingaku. Nampak para penjaga tetap waspada tidak memperdulikan irama yang kerap terdengar di telinga mereka dan telah terbiasa di saat pesta-pesta seperti ini.
            “Para ksatria, di sini kita akan menyebar. Pastikan modus non-visibilitas kita tetap terjaga,” aku mengingatkan mereka.
            Mereka pun mengangguk, dan menjawabku, lalu segera bersiaga.
            “Ya, Ksatria Aga.”
            “Sekarang, mari kita mulai,” perintahku lagi.
            Ketiga ksatria berlompatan dari tubuhku dan aku segera berganti wujud hingga sebesar sosok mereka. Kami masih dalam posisi Modus Empat yang tak akan nampak di mata para pengawal dan alat deteksi penyusupnya. Dengan alat XPR, aku temukan kode akses untuk meredam alarm penyusup ke kabin-kabin tahanan. Lalu kami menyebar sambil membawa semua prototip yang telah kami persiapkan. Dengan cara meresap ke dalam dinding-dinding pintu sel, kami dapat menembus pintu masuk.
            Untuk sel Kerajaan Gemrilozie, aku sendiri yang menyelusup ke dalam sana. Setelah Raja Aribi Dilwiba kuberi bisikan tentang kehadiranku dan sedikit petunjuk dan pengarahanku, beliau sejenak nampak kaget dan tak mempercayainya, namun aku meyakinkan kebenaran ini, akhirnya ia baru sadar dan bergegas. Ia nampaknya sangat berhati-hati memberitahu sang jenderal tentang hal tersebut agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak pengawal dan penjaga pintu. Selanjutnya sang raja, jenderal, profesor dan para pembesar istana lainnya bersipa-siap untuk benar-benar tak nampak di mata para pengawal tahanan.
Aku segera menyelusup ke kabin-kabin tahanan kerajaan lainnya membantu ketiga ksatria untuk menyelesaikan misi penyelamatan para sandera dan tahanan. Saat itu aku bersebelahan kabin tahanan dua kerajaan dengan Ksatria Kemal, kulihat ia telah berhasil meyakinkan sang raja, dan raja tersebut menyampaikan informasi tersebut kepada sang jenderal sebagai pimpinan pasukan angkatan perangnya, namun rupanya ……….!
“Paduka, benarkah ……..?” Tanyanya belum selesai karena hampir tak percaya.
“Hey, jenderal. Ada apa?” Hardik salah satu petugas dari luar kabin tahanan agak keras.
Di dalam sana, kulihat Ksatria Kemal menjadi kaget dan sempat menahan nafas karena ada sebuah rasa kekhawatiran. Ksatria Satria dan Nandya pun mencari arah datangnya teriakan itu dan berhenti sejenak.
Tttidd…..aak, ti-ti-dak ada apa-apa, Pak….” Jawabnya gugup dan takut dicurigai karena ia telah berbuat ceroboh tidak mematuhi permintaan rajanya agar tidak memberikan reaksi berlebihan.
“Lalu, kenapa?” Tanya petugas itu lagi.
“Tadi saya meminta izin kepada raja kami untuk memohon doa,” sambungnya lagi mencari alasan yang tepat agar tak dicurigai dan diperiksa.
Hhmmm…..!” Dengusnya cukup keras sambil menghentakkan tangannya dari atas ke bawah pertanda ia mempercayainya.
Memang terlihat dari kabin lain terlihat sang raja dan jenderalnya seperti sedang meminta dan memberi izin. Jadi sang pengawas kabin itu cukup mempercayai dan memakluminya. Lalu ia berjalan melanjutkan pengawasannya kembali seolah tak terjadi apa-apa yang berarti. Kami pun bisa bernafas lega dan melanjutkan operasi ini dan menuntaskan misi penyelamatan dengan lebih hati-hati lagi.
Akhirnya seluruh kabin, telah kami susupi satu-persatu dalam beberapa menit saja dan menyelesaikan pemasangan seluruh boneka tiruan manusia. Sebelumnya memang telah kuletakkan sedemikian rupa sesuai dengan posisi terakhir masing-masing. Para pengawal terlihat mondar-mandir di luar kabin penahanan sambil memandangi kami yang berada di dalam. Mereka tak menaruh kecurigaan sedikit pun dengan gerak-gerik kami yang begitu alamiah di mata mereka. Boneka-boneka non-visibilitas telah tepat menempel di belakang mereka masing-masing.
Dengan satu kali gerakan sensor yang kuarahkan pada XPR, pertama-tama mengaktivasikan status seluruh prototip boneka berujud manusia tersebut, kedua memberikan sebuah program untuk memperbesar ukuran badan pesawat, dan terakhir transformasi para tahanan ke dalam ruang pesawatku yang telah menunggu di luar istana kerajaan dalam sekejap.
Aku dan ketiga ksatria kembali berkumpul dan membentuk formasi penyatuan sambil mengucapkannya secara bersamaan.
“Saatnya berubah!”
Kembali mereka berlompatan masuk ke kabin-kabin awak di dalam diriku. Kami melakukan pentransformasian menuju pesawat. Setelah kami berada di pesawat dan semua dinyatakan telah selamat di kursi masing-masing. Aku menghidupkan pesawat dan kami semua terbang melesat meninggalkan hingar-bingarnya pesta sang raja dan para undangannya pada salah satu kabin di istana Kerajaan Tucapenbath. Bagi mereka kegembiraan yang kini mereka nikmati itu akan selalu abadi, dan tidak menjadi kebahagiaan nisbi. Namun lihat saja tak berapa lama lagi!
Kami terbang kembali di atas seluruh wilayah kerajaan milik para raja itu. Mereka menitikkan airmata dan menangis tersedu melihat banyak rakyatnya yang selamat menjadi budak dan pekerja paksa membangun perkotaan selama-lamanya. Mereka menjadi amat sedih melihat mereka dari dalam  pesawat terbang rendah dengan kecepatan sedang. Kenangan mereka kembali bergulir saat-saat hidup bersama rakyat mereka sebelum penaklukan itu.
Setelah mendekat ke wilayah kerajaan kami, Gemrilozie, kecepatan pesawat kupacu penuh. Kami selanjutnya melewati kembali barisan patroli tentara musuh tanpa terdeteksi dan melanjutkan ke ruang rahasia istana sebagai tempat persembunyian dan basis pertahanan terakhir kerajaan.
Raja Aribi Dilwiba bersyukur dan menyampaikan terima kasih kepada kami, Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti yang telah bekerja sama dengan sangat baik. Mereka sangat berbahagia mengetahui bahwa aku, Kapten Rayzor, Dr. Biodenti dan Ksatria Satria ternyata masih selamat dari serangan musuh. Bahkan mereka mengira bahwa kami telah tewas terkena persenjataan mereka. Ucapan terima kasih dari para raja dan pimpinan pasukan kerajaan pun datang silih berganti sambil memuji kehebatan kami, para ksatria dan kejeniusan ilmuan di sini. Kami saling bersalaman dan berangkulan dipenuhi rasa haru dan syukur yang sangat mendalam. Dalam suasana seperti ini berbagai raja dan para pembesarnya saling bertemu dan bercengkrama lebih akrab lagi tanpa adanya rasa dendam, kebencian dan iri hati. Aku pun menjadi ikut terharu menitikkan tangis bahagia. Kegembiraan kami dipenuhi rasa syukur karena kebahagiaan ini kami anggap sebagai anugerah dari Sang Pencipta seluruh jagat raya yang menjadi ciptaannya.
Raja Aribi Dilwiba segera memerintahkan para personilnya yang tersedia agar menyiapkan setiap kabin menjadi sebuah singgasana bagi setiap raja-raja. Titah sang raja pun dijalankan dengan penuh kepatuhan oleh sang Jenderal Zargi yang dibantu oleh segenap jenderal lainnya. Para jenderal dan sisa pasukan yang ada dengan cepat menyelesaikannya dan kini setiap raja dan pengikutnya sementara telah memiliki tempat yang layak kembali sesuai kehormatan mereka. Mereka pun merasa berterima kasih dan bersyukur memiliki tetangga kerajaan yang sangat arif dan bijaksana ini.
Mereka berkumpul kembali dan ingin mendengarkan sambutan-sambutan dari Raja Aribi Dilwiba selaku tuan rumah dan beberapa sambutan dari raja-raja lain. Terakhir mereka pun ingin mendengarkan langsung perencananaan yang telah kami susun untuk berjuang merebut kemerdekaan kerajaan masing-masing serta menumpas kelaliman dan kebengisan Raja Ansibia Kejnat dengan sebuah rencana yang menurut mereka cukup cerdik. Sehingga mereka berdecak kagum dan memuji kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah mengirimkan kepada mereka, Ksatria Aga: Sang Pahlawan Penyelamat, Sang Pembebas.
            Namun yang lebih mengharukan lagi, mereka mengelu-elukan aku dan ketiga ksatria yang menurut mereka datang dari dunia lain. Mereka menyatakan kekuatan dan kemutakhiran teknologi mereka menjadi bukan apa-apa tanpa bantuan orang lain, eXtremePower Riders. Inilah kemurnian watak dan pribadi agung yang tetap merendah, meskipun mereka datang dari perbedaaan latar belakang. Seperti pepatah kami di alam dunia sana, ‘Jadilah seperti padi, semakin berisi semakin merunduk.’ Begitulah mereka menerapkan pola kehidupan berbangsa dan berkerajaan yang mencintai perdamaian.
            Apakah ini tidak patut untuk diteladani oleh masyarakat bumi yang saling mengintervensi dan menginvasi dalam berbagai bentuk dan motif demi kepentingan tersembunyi masing-masing?

Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar