Fatsal 19 Penyusupan XPR
Kami telah memutuskan berangkat saat
ini, karena menimbang suasana perayaan kemenangan dengan pesta-pora mereka di
istana Kerajaan Tucapenbath. Aku berpikir inilah saat yang sangat tepat di saat
mereka sedang asyik dengan kegembiraan dan kesenangan. Bisa saja mereka
melupakan suatu kemungkinan yang dapat terjadi terhadap diri mereka kapan saja.
Pertimbanganku pun mendapatkan persetujuan dan dukungan Kapten Rayzor dan Dr.
Biodenti. Aku mengusulkan mereka tidak ikut serta dan tetap berada di kabin
raksasa yang tersembunyi dari pendeteksian ini. Mereka bertugas memonitor
segala perkembangan yang terjadi.
Setelah segala persiapan dan
perencanaan telah kami atur secara matang dan seksama mulai dari strategi
penyusupan kami hingga penyelamatan dan pemulangan para sandera, akhirnya kami
pun berangkat.
Aku dan ketiga rekanku, papa sang
harimau, Kemal sang singa, dan Kak
Dea sang rajawali mengatur dan mengkaji ulang formasi dan siasat kami. Setelah
pengaturan formasi dan mereka telah masuk dan menyatu ke dalam perisai diriku, aku
merubah modus perwujudanku menjadi Modus Empat yang akan mampu melakukan
metamorfosa sesuai keinginanku. Ketiganya kini telah berada di kabin sayap
kanan, kiriku dan atas. Kulapisi seluruh tubuhku dengan perisai tubuh
antisenjata dan deteksi sehingga kini perwujudanku bagaikan sebuah robot besar
berlapis besi baja antirudal dan misil. Aku bergegas menuju pesawat di hanggar
melingkar dan meluncur melesat ke luar dari kabin rahasia ini.
Beberapa kali kami berpapasan dengan
pesawat-pesawat patroli Kerajaan Tucapenbath yang berkeliling dan berputar-putar
di sekitar kawasan Kerajaan Gemrilozie tanpa sedikit pun terdeteksi oleh
mereka. Tidak berapa lama kami telah keluar dari zona perbatasan angkasa, dan
memasuki wilayah-wilayah yang dahulunya merupakan Kerajaan Gromlan Kotche, Kerajaan Cakrimarangi, Kerajaan Zolamandara,
Kerajaan Owprahkorcha, dan Solmeah
Raya. Semua wilayah kerajaan ini sekarang telah ditaklukkan dan direbut
oleh Kerajaan Tucapenbath. Bahkan sang raja telah memproklamirkan bahwa wilayah
Kerajaan Gemrilozie telah menjadi bagian dari wilayah kerajaannya, sehingga
wilayahnya kini terbentang sangat luas. Ini merupakan sebuah bukti nyata nilai
keserakahan dan ketamakan yang luar biasa yang dilakukan secara paksa dan tidak
manusiawi. Terlebih-lebih lagi, ia tidak mau mengakui kedaulatan
kerajaan-kerajaan lain yang ada di kawasan tersebut. Ia berpandangan bahwa
hanyalah dirinyalah yang pantas menjadi seorang pemimpin dari sebuah kerajaan.
Di sekitar kawasan ini laju pesawat
kami agak sedikit kuperlambat. Dari dalam pesawat, aku, papa dan
saudara-saudaraku memperhatikan para pekerja paksa yang tengah bekerja untuk
membangun kembali bekas puing-puing wilayah mereka. Segala kerusakan dan
kehancuran yang disebabkan oleh pemimpin mereka kini mereka yang harus
menanggungnya. Para pemimpin tidak mau perduli apakah mereka merasakan
kepedihan dan penderitaan yang luar biasa atau tidak. Mereka tidak mau tahu
apakah rasa haus dan lapar mereka sangat mendera fisik dan batin. Mereka pun
tidak mau kompromi lagi bahwa kehidupan dengan segala kenikmatan dan kesenangan
berasal dari cucuran keringat dan darah rakyatnya. Juga tidak mau perduli
apakah kepemimpinan mereka saat ini berkat kehadiran sang rakyat. Yang mereka
tahu betapa empuknya duduk di kursi-kursi singgasana istana sambil menikmati
jabatan yang diperolehnya dari rakyat. Yang mereka tahu bahwa dengan
menerbitkan dan mengeluarkan peraturan dan perundang-undangan bagi rakyatnya
agar terus tunduk dan patuh terhadapnya adalah prestasi besar yang hanya diri mereka
saja yang mampu melakukannya. Juga yang mereka mau hanya terus berada dalam
posisi kesenangan dan kenikmatan manisnya hidup dengan meminum minuman dan memakan
makanan dari keringat dan darah yang mereka pimpin.
“Lihat rakyat itu, hey raja!”
Bisikku gemas dalam hati.
Meskipun, perasaan kami merasa
terpukul melihat nasib orang-orang di bawah sana, kami pun dalam kondisi
serupa. Kerajaan kami pun porak-poranda akibat ulah raja yang serakah dan tamak
itu. Aku tetap yakin bahawa demi hidup mereka bekerja dengan rela dan ikhlas di
dalam tekanan dan siksaan tentara pasukan kerajaan.
Radar pesawat misterius kami memberikan
petunjuk bahwa beberapa detik lagi lesatan pesawat kami akan mendekati zona
wilayah Kerajaan Tucapenbath. Angka menunjukkan kecepatan sembilan ribu juta
sembilan per osh. Di alam ini, satu osh
hampir berjarak sembilan ribu sembilan mil jauhnya. Sementara kecepatan kami, yang
menurutku, sangat dahsyat bila dibandingkan pesawat tercepat di alam dunia
sekali pun. Itu artinya hampir sebanding dengan kecepatan sebuah pesawat
antariksa ulang-alik tercepat sebanyak seribu sembilan ratus sembilan puluh
sembilan kali perjalanan dari bumi ke planet Neptunus. Kuturunkan kecepatan
lajunya. Beberapa kali aku pun berputar di atas kawasan itu mengawasi setiap
situasi dan kondisi di sana dari kejauhan melalui layar monitorku dan
kutransmisi ke setiap monitor awak lainnya. Terakhir kupantau kondisi dan
situasi istana raja yang terhias sangat megah bak sebuah mutumanikam dan jamrud
beruntaikan pesona gemerlap berlian dan permata. Ketiga ksatria sebagai awak
pesawat pun berdecak kagum berkali-kali, terpesona yang tak alang-kepalang.
Dengan memperhatikan dan menimbang segala kemungkinan yang nampak aman dan
cukup kondusif bagi rencana kami semula, pesawat langsung kutancap mendekati
areal istana dan kuposisikan di sebuah tempat yang cukup strategis.
Seperti yang telah kami rencanakan,
kami akan tetap bersama-sama hingga menemukan sebuah tempat para tahanan
ditawan. Dan di sanalah kami menyebar untuk mengemban tugas masing-masing.
Setelah kami tiba pada sebuah kabin besar yang nampak kosong, kami menyiapkan
semua prototip manusia yang terdiri dari sosok raja dan keluarganya hingga para
pembesarnya lengkap dengan segala hiasan dan ornamen pada tubuh mereka. Semua
prototip itu nantinya akan menjadi boneka yang terlihat mirip sekali dengan
perwujudan sang raja dan para pembesar yang ditawan di sana. Kelebihan seluruh
boneka ini pun dirancang agar mampu memberikan perambatan atau penyaluran
enerji tertentu di antara satu dengan lainnya, dan dilengkapi dengan sebuah bom
waktu! Dengan alat XPR, aku memperoleh segenap gambar peta ruang istana kerajaan,
dan langsung mentransmisikannya ke ruang laboratorium raksasa rahasia yang
sedang digawangi oleh Dr. Biodenti dan Kapten Rayzor. Mereka telah menangkap
transmisiku dan menyimpannya ke dalam sebuah program. Mereka langsung
mengerjakan tugas-tugas mereka, seperti menonaktifkan kamera-kamera pengintai
tersembunyi, menyamarkan, dan memalsukan tampilan monitor setelah terjadi
pergerakan kami di segenap ruang istana. Di samping itu, sebagai tambahan
penjagaan kemanan, sang asisten profesor memprogram dan menyusupkan atmosfir
penenang agar mereka merasa lelah, letih dan mengantuk. Mereka bekerja dengan
sangat cepat dari jarak yang sangat jauh dari tempat kami berada. Mereka pun
melaporkan kepadaku bahwa segenap ruang kini dapat mereka kendalikan dengan
sangat baik.
Hingga beberapa ruang istana yang
berbentuk kabin-kabin yang sangat megah aku jelajahi tanpa terdeteksi, aku kini
telah mendekati jajaran kabin yang dijaga sangat ketat beberapa orang pengawas
dilengkapi dengan persenjataan sensor mutakhir lengkap dengan seragam ulat bulu
bercagaknya yang mengerikan. Dari arah yang tak begitu jauh dariku dan para
pengawal yang berjaga-jaga, kudengar alunan musik dengan berbagai jenis lagu
menyatu mendendangkan irama yang hingar-bingar tak jelas di telingaku. Nampak
para penjaga tetap waspada tidak memperdulikan irama yang kerap terdengar di
telinga mereka dan telah terbiasa di saat pesta-pesta seperti ini.
“Para ksatria, di sini kita akan
menyebar. Pastikan modus non-visibilitas
kita tetap terjaga,” aku mengingatkan mereka.
Mereka pun mengangguk, dan
menjawabku, lalu segera bersiaga.
“Ya, Ksatria Aga.”
“Sekarang, mari kita mulai,”
perintahku lagi.
Ketiga ksatria berlompatan dari
tubuhku dan aku segera berganti wujud hingga sebesar sosok mereka. Kami masih
dalam posisi Modus Empat yang tak akan nampak di mata para pengawal dan alat
deteksi penyusupnya. Dengan alat XPR, aku temukan kode akses untuk meredam
alarm penyusup ke kabin-kabin tahanan. Lalu kami menyebar sambil membawa semua
prototip yang telah kami persiapkan. Dengan cara meresap ke dalam
dinding-dinding pintu sel, kami dapat menembus pintu masuk.
Untuk sel Kerajaan Gemrilozie, aku
sendiri yang menyelusup ke dalam sana. Setelah Raja Aribi Dilwiba kuberi
bisikan tentang kehadiranku dan sedikit petunjuk dan pengarahanku, beliau
sejenak nampak kaget dan tak mempercayainya, namun aku meyakinkan kebenaran
ini, akhirnya ia baru sadar dan bergegas. Ia nampaknya sangat berhati-hati
memberitahu sang jenderal tentang hal tersebut agar tidak menimbulkan
kecurigaan pihak pengawal dan penjaga pintu. Selanjutnya sang raja, jenderal,
profesor dan para pembesar istana lainnya bersipa-siap untuk benar-benar tak
nampak di mata para pengawal tahanan.
Aku segera menyelusup ke kabin-kabin
tahanan kerajaan lainnya membantu ketiga ksatria untuk menyelesaikan misi
penyelamatan para sandera dan tahanan. Saat itu aku bersebelahan kabin tahanan
dua kerajaan dengan Ksatria Kemal, kulihat ia telah berhasil meyakinkan sang
raja, dan raja tersebut menyampaikan informasi tersebut kepada sang jenderal
sebagai pimpinan pasukan angkatan perangnya, namun rupanya ……….!
“Paduka, benarkah ……..?” Tanyanya belum
selesai karena hampir tak percaya.
“Hey, jenderal. Ada apa?” Hardik salah
satu petugas dari luar kabin tahanan agak keras.
Di dalam sana, kulihat Ksatria Kemal
menjadi kaget dan sempat menahan nafas karena ada sebuah rasa kekhawatiran.
Ksatria Satria dan Nandya pun mencari arah datangnya teriakan itu dan berhenti
sejenak.
“Tttidd…..aak,
ti-ti-dak ada apa-apa, Pak….” Jawabnya gugup dan takut dicurigai karena ia
telah berbuat ceroboh tidak mematuhi permintaan rajanya agar tidak memberikan
reaksi berlebihan.
“Lalu, kenapa?” Tanya petugas itu lagi.
“Tadi saya meminta izin kepada raja kami
untuk memohon doa,” sambungnya lagi mencari alasan yang tepat agar tak
dicurigai dan diperiksa.
“Hhmmm…..!”
Dengusnya cukup keras sambil menghentakkan tangannya dari atas ke bawah
pertanda ia mempercayainya.
Memang terlihat dari kabin lain terlihat
sang raja dan jenderalnya seperti sedang meminta dan memberi izin. Jadi sang
pengawas kabin itu cukup mempercayai dan memakluminya. Lalu ia berjalan
melanjutkan pengawasannya kembali seolah tak terjadi apa-apa yang berarti. Kami
pun bisa bernafas lega dan melanjutkan operasi ini dan menuntaskan misi
penyelamatan dengan lebih hati-hati lagi.
Akhirnya seluruh kabin, telah kami
susupi satu-persatu dalam beberapa menit saja dan menyelesaikan pemasangan
seluruh boneka tiruan manusia. Sebelumnya memang telah kuletakkan sedemikian
rupa sesuai dengan posisi terakhir masing-masing. Para pengawal terlihat
mondar-mandir di luar kabin penahanan sambil memandangi kami yang berada di
dalam. Mereka tak menaruh kecurigaan sedikit pun dengan gerak-gerik kami yang
begitu alamiah di mata mereka. Boneka-boneka non-visibilitas telah tepat menempel di belakang mereka masing-masing.
Dengan satu kali gerakan sensor yang
kuarahkan pada XPR, pertama-tama mengaktivasikan status seluruh prototip
boneka berujud manusia tersebut, kedua memberikan sebuah program untuk memperbesar
ukuran badan pesawat, dan terakhir transformasi para tahanan ke dalam ruang
pesawatku yang telah menunggu di luar istana kerajaan dalam sekejap.
Aku dan ketiga ksatria kembali berkumpul
dan membentuk formasi penyatuan sambil mengucapkannya secara bersamaan.
“Saatnya berubah!”
Kembali mereka berlompatan masuk ke
kabin-kabin awak di dalam diriku. Kami melakukan pentransformasian menuju
pesawat. Setelah kami berada di pesawat dan semua dinyatakan telah selamat di
kursi masing-masing. Aku menghidupkan pesawat dan kami semua terbang melesat
meninggalkan hingar-bingarnya pesta sang raja dan para undangannya pada salah
satu kabin di istana Kerajaan Tucapenbath. Bagi mereka kegembiraan yang kini
mereka nikmati itu akan selalu abadi, dan tidak menjadi kebahagiaan nisbi.
Namun lihat saja tak berapa lama lagi!
Kami terbang kembali di atas seluruh
wilayah kerajaan milik para raja itu. Mereka menitikkan airmata dan menangis
tersedu melihat banyak rakyatnya yang selamat menjadi budak dan pekerja paksa
membangun perkotaan selama-lamanya. Mereka menjadi amat sedih melihat mereka dari
dalam pesawat terbang rendah dengan
kecepatan sedang. Kenangan mereka kembali bergulir saat-saat hidup bersama
rakyat mereka sebelum penaklukan itu.
Setelah mendekat ke wilayah kerajaan
kami, Gemrilozie, kecepatan pesawat kupacu penuh. Kami selanjutnya melewati
kembali barisan patroli tentara musuh tanpa terdeteksi dan melanjutkan ke ruang
rahasia istana sebagai tempat persembunyian dan basis pertahanan terakhir
kerajaan.
Raja Aribi Dilwiba bersyukur dan
menyampaikan terima kasih kepada kami, Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti yang
telah bekerja sama dengan sangat baik. Mereka sangat berbahagia mengetahui
bahwa aku, Kapten Rayzor, Dr. Biodenti dan Ksatria Satria ternyata masih
selamat dari serangan musuh. Bahkan mereka mengira bahwa kami telah tewas
terkena persenjataan mereka. Ucapan terima kasih dari para raja dan pimpinan
pasukan kerajaan pun datang silih berganti sambil memuji kehebatan kami, para
ksatria dan kejeniusan ilmuan di sini. Kami saling bersalaman dan berangkulan
dipenuhi rasa haru dan syukur yang sangat mendalam. Dalam suasana seperti ini
berbagai raja dan para pembesarnya saling bertemu dan bercengkrama lebih akrab
lagi tanpa adanya rasa dendam, kebencian dan iri hati. Aku pun menjadi ikut
terharu menitikkan tangis bahagia. Kegembiraan kami dipenuhi rasa syukur karena
kebahagiaan ini kami anggap sebagai anugerah dari Sang Pencipta seluruh jagat
raya yang menjadi ciptaannya.
Raja Aribi Dilwiba segera memerintahkan
para personilnya yang tersedia agar menyiapkan setiap kabin menjadi sebuah singgasana
bagi setiap raja-raja. Titah sang raja pun dijalankan dengan penuh kepatuhan
oleh sang Jenderal Zargi yang dibantu oleh segenap jenderal lainnya. Para
jenderal dan sisa pasukan yang ada dengan cepat menyelesaikannya dan kini
setiap raja dan pengikutnya sementara telah memiliki tempat yang layak kembali sesuai
kehormatan mereka. Mereka pun merasa berterima kasih dan bersyukur memiliki
tetangga kerajaan yang sangat arif dan bijaksana ini.
Mereka berkumpul kembali dan ingin
mendengarkan sambutan-sambutan dari Raja Aribi Dilwiba selaku tuan rumah dan beberapa
sambutan dari raja-raja lain. Terakhir mereka pun ingin mendengarkan langsung
perencananaan yang telah kami susun untuk berjuang merebut kemerdekaan kerajaan
masing-masing serta menumpas kelaliman dan kebengisan Raja Ansibia Kejnat
dengan sebuah rencana yang menurut mereka cukup cerdik. Sehingga mereka
berdecak kagum dan memuji kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah mengirimkan
kepada mereka, Ksatria Aga: Sang Pahlawan
Penyelamat, Sang Pembebas.
Namun yang lebih mengharukan lagi,
mereka mengelu-elukan aku dan ketiga ksatria yang menurut mereka datang dari
dunia lain. Mereka menyatakan kekuatan dan kemutakhiran teknologi mereka
menjadi bukan apa-apa tanpa bantuan orang lain, eXtremePower Riders. Inilah kemurnian watak dan pribadi agung yang
tetap merendah, meskipun mereka datang dari perbedaaan latar belakang. Seperti
pepatah kami di alam dunia sana, ‘Jadilah seperti padi, semakin berisi semakin
merunduk.’ Begitulah mereka menerapkan pola kehidupan berbangsa dan berkerajaan
yang mencintai perdamaian.
Apakah
ini tidak patut untuk diteladani oleh masyarakat bumi yang saling mengintervensi
dan menginvasi dalam berbagai bentuk dan motif demi kepentingan tersembunyi
masing-masing?
0 komentar :
Posting Komentar