Fatsal 5 Ruang Laboratorium Istana
Sementara di sebuah ruang yang cukup
luas disinari cahaya lampu yang sangat terang terisi beberapa meja besi putih
mengkilap dengan masing-masing sebuah monitor yang sedang menampilkan beberapa
tampilan grafik dalam statistik yang terkadang bergerak naik-turun. Monitor
lain terlihat sedang memantau pergerakan suatu obyek seperti kerangka manusia
yang menyala pada titik-titik beberapa lokasi jaringan tubuh. Ada juga sebuah
monitor yang menampilkan reaksi tubuh terhadap segala obyek di sekitarnya.
Jelaslah, ruangan ini merupakan sebuah laboratorium. Setiap operatornya terus
memandang setiap pergerakan dan perubahan yang terjadi. Seorang pria nampak
berjalan sambil sesekali memperhatikan ke monitor yang dilaluinya dan sesekali
bertanya kepada operator yang duduk di hadapannya.
“Bagaimana kondisi tubuhnya, Kapten
Rayzor?” Tanyanya kepada seorang operator berseragam perwira lengkap bernama
Rayzor.
“Kondisi Ksatria Aga sangat baik, Jenderal
Zargi,” jawabnya tegas kepada pimpinannya yang dipanggil komandan berpangkat
jenderal itu.
“Bagus. Dan tetap awasi setiap
perkembangan setiap detiknya, dan terus saling berkoordinasi dengan seluruh
seksi!” Tegasnya sekali lagi.
“Siap, Jenderal!” Jawab Rayzor sambil
mengangguk sopan dengan sangat hormat.
Kemudian sang komandan melanjutkan
pengawasannya, dengan berputar belok ke barisan meja operator pemantau lain di
seberangnya, dengan sesekali bertanya untuk mendapatkan informasi sebagai bahan
laporannya kepada sang rajanya nanti. Setelah tiba di ujung barisan dan
bertepatan dengan awal di mana ia berpatroli tadi, lalu ia berkata lagi
“Kapten, mari ikut saya ke ruang
kantorku. Ada yang ingin kubahas denganmu, Kapt. Rayzor….” Perintah sang
komandan kepada bawahannya itu.
“Siap, Jenderal!” Kapt. Rayzor berdiri
lalu mengikuti sang komandan dan berjalan di sampingnya sambil berbincang
menuju ruang kantor Jenderal Zargi.
Jarak ruang kantor komandan dan ruang
laboratorium dan pengendali agak jauh, mereka beberapa kali berputar melewati
bebarapa ruang kaca berisi mesin yang sangat mutakhir lengkap dengan layar monitor.
Di ruang lain yang berukuran beberapa kali lebih besar dari ukuran lainnya juga
berdinding kaca nampak dari luar terlihat beberapa alat yang sepertinya dapat
digunakan manusia dalam berbagai posisi, seperti posisi alat di mana manusia
bisa berdiri, duduk, berbaring dan sebagainya dengan beberapa buah jenis lampu-lampu
di atasnya. Alat itu pun dilengkapi dengan sebuah layar monitor dengan berbagai
macam tombol di sisi kanan dan kirinya. Dari luar terlihat seorang profesor
sedang melakukan beberapa pengecekan dan penyetelan alat tersebut yang
terkadang berjongkok lalu kembali lagi ke layar melihat hasilnya dan begitu
beberapa kali ke setiap alat yang dilaluinya. Pria tersebut mengenakan baju
seragam putih terusan panjang ke bawah bak seorang tenaga ahli atau ilmuan yang
telah sangat hapal melaksanakan tugasnya.
Lalu Jenderal Zargi berhenti yang
diikuti Kapten Rayzor tepat di sebelah pintu masuk ruang tersebut di ujung
lorong mereka berjalan. Dengan sedikit melambaikan tangan memberi sinyal kepada
pria berseragam putih yang sudah agak berumur dengan botak di tengah kepalanya
dan pria itu pun mengangguk dengan penuh hormat lalu mendekat dan keluar
melalui pintu tersebut.
“Bagaimana kondisi alat-alat yang akan
digunakan untuk Sang Ksatria nanti, Profesor?” Tanya Komandan Zargi kepada pria
yang dipanggil profesor itu.
“Semua dalam kondisi prima dan siap
digunakan, Jenderal!” Jawabnya kepada si atasan yang dipanggil jenderal.
“Baik, Prof. Kerja bagus dan tetap
pertahankan kondisi itu hingga saatnya kita akan gunakan bagi penyempurnaan
fisik dan non-fisik ksatria kita,” jelas jenderal itu kepada si profesor lagi.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke
ruang kerja komandan yang berstatus jenderal tersebut dan tidak berapa lama
sampailah mereka di sebuah ruang di ujung lorong yang dikawal dua orang perwira
di sisi kanan dan kiri pintu masuk. Begitu mereka hampir di depan pintu,
serentak kedua pengawal itu menegakkan badan dan memberi hormat kepada kedua
atasannya dan langsung membukakan pintu agar mereka dapat masuk ke ruangan
tersebut.
“Silakan duduk, Kapten,” perintahnya
kepada Kapten Rayzor.
“Terima kasih, Jenderal,” sahutnya.
Mereka berdua terdengar serius
membicarakan tentang petunjuk pelaksanaan setiap program kerja yang sudah
sangat matang direncanakan. Sesekali sang kapten melontarkan pertanyaan yang
dijawab oleh atasannya dengan merujuk ke sebuah monitor yang sangat besar
menampilkan garis-garis diagram perintah dan komando, lalu mayor pun mengangguk
sebagai tanda pemahamannya. Kemudiaan sang jenderal membuka sebuah buku berlipat
dari dalam laci meja kerjanya dan melebarkan setiap lipatannya tersebut di atas
meja sehingga sekarang membentuk seperti sebuah peta sambil menunjuk ke sebuah
titik, lalu jenderal tersebut menjelaskan kembali rincian-rincian secara mendalam.
“Berdasarkan genealogi, struktur tubuh
sang Ksatria Aga memang yang paling ideal, baik itu secara fisik maupun psikis.
Alat monitor kendali jarak jauh kita telah membuat deskripsi lengkap dan
terpadu, dan ia memiliki lebih banyak kelebihan yang dapat menyesuaikan
terhadap fungsionalitas alat terpadu tersebut,” papar komandan lebih jauh.
“Lalu bagaimana dengan prosentase
kegagalan yang mungkin kita akan alami, Jenderal?” Tanya kapten itu lagi.
“Berdasarkan hasil penelaahan terakhir
dari satelit Morphaneous yang berhasil mendeteksi dan menembus di kehidupan
alam dunia mereka, ciri-ciri dan karakteristik Ksatria itu sudah dapat menyerap
setiap bagian elemen dasar yang akan melengkapinya. Sehingga hasilnya akan
lebih maksimal dan kemungkinan terhadap kegagalan relatif sangat kecil. Di
samping itu, segera persiapkan Plan B
tentang sistem pemutakhiran bila terjadi malfungsi. Bagaimana, sudah dapat Anda
pahami, Kapten?”
“Sangat jelas, Jenderal,” tukasnya lagi.
“Bagus. Koordinasikan hal ini kepada
seluruh Tim Pasukan Khusus Kerajaan kita akan melakukannya dalam beberapa waktu
setelah saya beri komando. Sekarang boleh lanjutkan tugas Anda kembali.”
Perintah komandan setelah mengetahui bawahannya mengerti.
“Siap, Jenderal. Laksanakan dan kembali
ke tempat tugas.”
Setelah kapten memberi hormat dan memohon ijin
keluar dan meninggalkan ruangan. Komandan itu meneruskan pekerjaannya beberapa
saat dan segera melanjutkan inspeksinya ke ruangan-ruangan berikutnya. Karena,
bagaimana pun tanggung jawab keselamatan kerajaan berada di pundaknya
sebagaimana mandat yang telah ditetapkan oleh raja mereka.
0 komentar :
Posting Komentar