Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 5 Ruang Laboratorium Istana



Fatsal 5 Ruang Laboratorium Istana

Sementara di sebuah ruang yang cukup luas disinari cahaya lampu yang sangat terang terisi beberapa meja besi putih mengkilap dengan masing-masing sebuah monitor yang sedang menampilkan beberapa tampilan grafik dalam statistik yang terkadang bergerak naik-turun. Monitor lain terlihat sedang memantau pergerakan suatu obyek seperti kerangka manusia yang menyala pada titik-titik beberapa lokasi jaringan tubuh. Ada juga sebuah monitor yang menampilkan reaksi tubuh terhadap segala obyek di sekitarnya. Jelaslah, ruangan ini merupakan sebuah laboratorium. Setiap operatornya terus memandang setiap pergerakan dan perubahan yang terjadi. Seorang pria nampak berjalan sambil sesekali memperhatikan ke monitor yang dilaluinya dan sesekali bertanya kepada operator yang duduk di hadapannya.
“Bagaimana kondisi tubuhnya, Kapten Rayzor?” Tanyanya kepada seorang operator berseragam perwira lengkap bernama Rayzor.
“Kondisi Ksatria Aga sangat baik, Jenderal Zargi,” jawabnya tegas kepada pimpinannya yang dipanggil komandan berpangkat jenderal itu.
“Bagus. Dan tetap awasi setiap perkembangan setiap detiknya, dan terus saling berkoordinasi dengan seluruh seksi!” Tegasnya sekali lagi.
“Siap, Jenderal!” Jawab Rayzor sambil mengangguk sopan dengan sangat hormat.
Kemudian sang komandan melanjutkan pengawasannya, dengan berputar belok ke barisan meja operator pemantau lain di seberangnya, dengan sesekali bertanya untuk mendapatkan informasi sebagai bahan laporannya kepada sang rajanya nanti. Setelah tiba di ujung barisan dan bertepatan dengan awal di mana ia berpatroli tadi, lalu ia berkata lagi
“Kapten, mari ikut saya ke ruang kantorku. Ada yang ingin kubahas denganmu, Kapt. Rayzor….” Perintah sang komandan kepada bawahannya itu.
“Siap, Jenderal!” Kapt. Rayzor berdiri lalu mengikuti sang komandan dan berjalan di sampingnya sambil berbincang menuju ruang kantor Jenderal Zargi.
Jarak ruang kantor komandan dan ruang laboratorium dan pengendali agak jauh, mereka beberapa kali berputar melewati bebarapa ruang kaca berisi mesin yang sangat mutakhir lengkap dengan layar monitor. Di ruang lain yang berukuran beberapa kali lebih besar dari ukuran lainnya juga berdinding kaca nampak dari luar terlihat beberapa alat yang sepertinya dapat digunakan manusia dalam berbagai posisi, seperti posisi alat di mana manusia bisa berdiri, duduk, berbaring dan sebagainya dengan beberapa buah jenis lampu-lampu di atasnya. Alat itu pun dilengkapi dengan sebuah layar monitor dengan berbagai macam tombol di sisi kanan dan kirinya. Dari luar terlihat seorang profesor sedang melakukan beberapa pengecekan dan penyetelan alat tersebut yang terkadang berjongkok lalu kembali lagi ke layar melihat hasilnya dan begitu beberapa kali ke setiap alat yang dilaluinya. Pria tersebut mengenakan baju seragam putih terusan panjang ke bawah bak seorang tenaga ahli atau ilmuan yang telah sangat hapal melaksanakan tugasnya.
Lalu Jenderal Zargi berhenti yang diikuti Kapten Rayzor tepat di sebelah pintu masuk ruang tersebut di ujung lorong mereka berjalan. Dengan sedikit melambaikan tangan memberi sinyal kepada pria berseragam putih yang sudah agak berumur dengan botak di tengah kepalanya dan pria itu pun mengangguk dengan penuh hormat lalu mendekat dan keluar melalui pintu tersebut.
“Bagaimana kondisi alat-alat yang akan digunakan untuk Sang Ksatria nanti, Profesor?” Tanya Komandan Zargi kepada pria yang dipanggil profesor itu.
“Semua dalam kondisi prima dan siap digunakan, Jenderal!” Jawabnya kepada si atasan yang dipanggil jenderal.
“Baik, Prof. Kerja bagus dan tetap pertahankan kondisi itu hingga saatnya kita akan gunakan bagi penyempurnaan fisik dan non-fisik ksatria kita,” jelas jenderal itu kepada si profesor lagi.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke ruang kerja komandan yang berstatus jenderal tersebut dan tidak berapa lama sampailah mereka di sebuah ruang di ujung lorong yang dikawal dua orang perwira di sisi kanan dan kiri pintu masuk. Begitu mereka hampir di depan pintu, serentak kedua pengawal itu menegakkan badan dan memberi hormat kepada kedua atasannya dan langsung membukakan pintu agar mereka dapat masuk ke ruangan tersebut.
“Silakan duduk, Kapten,” perintahnya kepada Kapten Rayzor.
“Terima kasih, Jenderal,” sahutnya.
Mereka berdua terdengar serius membicarakan tentang petunjuk pelaksanaan setiap program kerja yang sudah sangat matang direncanakan. Sesekali sang kapten melontarkan pertanyaan yang dijawab oleh atasannya dengan merujuk ke sebuah monitor yang sangat besar menampilkan garis-garis diagram perintah dan komando, lalu mayor pun mengangguk sebagai tanda pemahamannya. Kemudiaan sang jenderal membuka sebuah buku berlipat dari dalam laci meja kerjanya dan melebarkan setiap lipatannya tersebut di atas meja sehingga sekarang membentuk seperti sebuah peta sambil menunjuk ke sebuah titik, lalu jenderal tersebut menjelaskan kembali rincian-rincian secara mendalam.
“Berdasarkan genealogi, struktur tubuh sang Ksatria Aga memang yang paling ideal, baik itu secara fisik maupun psikis. Alat monitor kendali jarak jauh kita telah membuat deskripsi lengkap dan terpadu, dan ia memiliki lebih banyak kelebihan yang dapat menyesuaikan terhadap fungsionalitas alat terpadu tersebut,” papar komandan lebih jauh.
“Lalu bagaimana dengan prosentase kegagalan yang mungkin kita akan alami, Jenderal?” Tanya kapten itu lagi.
“Berdasarkan hasil penelaahan terakhir dari satelit Morphaneous yang berhasil mendeteksi dan menembus di kehidupan alam dunia mereka, ciri-ciri dan karakteristik Ksatria itu sudah dapat menyerap setiap bagian elemen dasar yang akan melengkapinya. Sehingga hasilnya akan lebih maksimal dan kemungkinan terhadap kegagalan relatif sangat kecil. Di samping itu, segera persiapkan Plan B tentang sistem pemutakhiran bila terjadi malfungsi. Bagaimana, sudah dapat Anda pahami, Kapten?”
“Sangat jelas, Jenderal,” tukasnya lagi.
“Bagus. Koordinasikan hal ini kepada seluruh Tim Pasukan Khusus Kerajaan kita akan melakukannya dalam beberapa waktu setelah saya beri komando. Sekarang boleh lanjutkan tugas Anda kembali.” Perintah komandan setelah mengetahui bawahannya mengerti.
“Siap, Jenderal. Laksanakan dan kembali ke tempat tugas.”
Setelah kapten memberi hormat dan memohon ijin keluar dan meninggalkan ruangan. Komandan itu meneruskan pekerjaannya beberapa saat dan segera melanjutkan inspeksinya ke ruangan-ruangan berikutnya. Karena, bagaimana pun tanggung jawab keselamatan kerajaan berada di pundaknya sebagaimana mandat yang telah ditetapkan oleh raja mereka.

0 komentar :

Posting Komentar