Fatsal 17 eXtremePower Riders: XPR
Di ruang kerjanya, Dr. Biodenti kali ini
terlihat sangat sibuk menyiapkan rencana program dan teknis pelaksanaan mulai pengkalkulasian
dan prediksi dalam mempersiapkan secara matang mulai dari proses awal hingga
akhir. Ia menjadi lebih sibuk sebab ia harus melakukannya sendiri, namun hal
itu tidak membuatnya bingung karena secara prosedural ia sangat memahami
kerangka kerja dalam tim maupun individu. Di samping, ia masih ingat sekali
bahwa pekerjaan ini memang dapat dilakukan oleh satu orang saja. Dan
pernyataannya itu masih terngiang dalam ingatannya hingga saat ini.
“Sebenarnya pentransformsian dengan
sistem penyensoran dan pengkodean dijital dapat dilakukan oleh seorang operator
saja,” suatu kali Profesor Cherpantulas berkata kepadaku dan ketiga rekanku.
“Karena kita bisa mengambil modus otomatis dengan hasil sesempurna kita laksanakan
secara tim,” tambahnya lagi saat itu.
Sistematika pemrograman dan
pengoperasian setiap kendali otomatis dipersiapkannya dengan sangat sigap dan
cekatan, mulai dari Kendali Sistem Fisik Satu, Fisik Dua, Kendali Sistem Mental
Satu dan Mental Dua. Selanjutnya ia satukan tampilan keempatnya dalam satu
tampilan di monitor mainframe-nya. Ia pun menunggu hitungan mundur mencapai
angka nol. Penghitungannya ia lakukan langsung sendiri dengan sistem sensor
suaranya ditambah dengan penyebutan sandi pribadi dan pengkodean akses dijital
secara otomatis. Akhirnya, semua dapat berjalan sempurna.
Sebuah kabin tiba-tiba mulai nampak
terlihat di sebuah persegi empat yang telah diberi garis penanda di salah satu
ruang laboratorium dan langsung terbuka seluas ukuran besar dan tinggi orang
dewasa. Terlihat ruang kabin dilengkapi berbagai alat sensor suara yang
masing-masing kini terhubung satu sama lain ke satu mesin operator. Setelah
rona warna dalam kabin muncul memancar secara horisontal, vertikal, dan
diagonal, mengalirlah kekuatan dahsyat sistem teknologi transformasi yang
dihasilkan dari daya pancarannya.
Hitungan mundur telah mencapai angka nol
di layar monitornya, kemudian ia melakukan penyensoran dan pengkodean sistem yang
diakhiri dengan penekanan enter dan ruang kabin kini sudah ditempati oleh Kemal.
Proses transformasi awal telah selesai. Selanjutnya ia akan melakukan fase
terakhir yang biasanya ia lakukan secara tim, kini ia melakukan pemrograman
otomatis terlebih dahulu dari rangkaian tim menjadi satu rangkaian. Setelah
selesai masa adaptasi dengan kondisi yang akan diterima berikutnya, ia
mempersiapkan fase terakhir yaitu sistem sensor dan pengkodean akses perubahan
fisik dan mental. Ia mengangkat kedua tangannya tepat di depan wajahnya dengan
jemari terlihat seperti sedang menekan
tombol-tombol tertentu yang tak dapat terlihat dengan pandangan mata biasa, pengkodean, membisikkan kata-kata tertentu seperti
penyebutan kode, penyensoran. Fase terakhir yaitu Sistem Sensor Suara dan
Pengkodean Akses Dijital, percepatan pendewasaan manusia secara fisik dan
mental dalam sekejap pun telah selesai.
Kemal mengalami perubahan sangat ekstrim
dengan matanya masih tertutup rapat, tubuhnya diam tak bergerak. Tubuhnya
mencapai sekitar dua ratus sentimeter dengan lingkar membesar berotot, kedua
tangan dan kaki kekar padat berisi dan gempal.
Setelah sosok Kemal ditempatkan pada
ruang penenangan, selanjutnya ia melakukan proses yang sama untuk detik-detik
pentransformasian berikutnya kepada Nandya. Dalam beberapa detik berikutnya
fase terakhir pun telah dapat dilakukan dengan sangat gemilang dengan hasil sosok
Nandya yang kini telah berubah secara ekstrim.
Kali ini kekagumanku kepada sang asisten
tak dapat kutahan. Ia langsung kusalami dan kuhadiahkan sebuah senyuman dan
ucapan selamat beberapa kali atas keberhasilannya itu. Ia pun hanya membalasnya
dengan ucapan terima kasih. Ia dengan kerendahan hati menambahkan bahwa itu
semua berkat petunjuk dan bimbingan Profesor Cherpantulas yang ia dapatkan.
Bahkan ia memuji sang profesorlah yang hebat karena pematerian kedua fase
proses pentransformasian ini sangat jelas dan gamblang pada sebuah seminar
dahulu.
Ia mengajakku berjalan memperhatikan
sosok Kemal dan Nandya. Mereka mulai bisa berinteraksi dengan baik. Keduanya
sangat heran dengan apa yang terjadi pada diri mereka, namun Dr. Biodenti
menjelaskan dengan ringkas dan jelas sehingga mereka memahami kondisi dan
status terakhir. Kedua kakakku tampak terharu mendengar pengakuan sang asisten
dan langsung tak dapat menahan perasaan rindunya kepadaku.
“Aga juga sama, Kak Dea,” kataku kepada kakak perempuanku ini.
“Iya, sekarang kakak pangling banget ngeliat Aga seperti ini,”
sahutnya
“Aa
Kemal, Aga kangen,” kataku lagi
kepada kakak laki-lakiku itu setelah beberapa saat aku selesai memeluk Kak Dea.
“Iya, Ga, A Kemal juga sama,” sambut kakakku itu tak mampu berbicara banyak
sembari berpelukan.
Dengan Aa Kemal agak lama aku memeluknya dan keharuanku tak dapat kutahan
lagi hingga aku meneteskan airmata mengingat kenangannya beberapa saat sewaktu
aku merasa terpisah dari keluargaku. Namun mereka terlihat lebih merasa terharu
karena bagi mereka perpisahan itu telah sangat lama hingga beberapa tahun di
dunia asal kami. Mereka seperti hampir tak percaya hal ini bisa terjadi di
tempat yang tak pernah pikirkan sebelumnya. Mereka pun memeluk papa dengan
penuh keharuan diselingi isak tangis kedua kakakku.
Betapa banyak mereka mengungkapkan kisah
pencarian diriku selama beberapa tahun yang tanpa hasil baik itu dengan papa
maupun tanpa papa pada tahun-tahun terakhir kepergianku dan papa.
Akhirnya kami menyadari pasti mama pun
akan merasakan hal yang sama, kehilangan satu-persatu hingga terakhir kedua
kakakku ini. Meskipun mereka merasakan berat perasaan yang akan mama tanggung
seperti yang pernah papa, Kak Dea,
dan A Kemal rasakan beberapa tahun
lalu, tapi mereka rela ini terjadi demi sebuah pengembanan tugas mulia. Satu
hal yang tidak dapat kami lakukan di sini adalah tidak boleh melakukan
komunikasi secara langsung saat ini kepada sang mama. Alasan yang memperkuatnya
yaitu waktu di alam dunia dan waktu di alam ini sangat berbeda, juga tuntutan
tugas dan misi yang harus kami tuntaskan, sebuah penyelamatan harkat dan
martabat umat manusia di alam ini!
Menurut Dr. Biodenti, kami berempat harus
menjalani proses penyatuan dan persamaan persepsi fisik dan mental yang terpadu
di dalam sebuah kabin. Kabin ini mirip sebuah ruang karantina yang agak luas
dan Kapten Rayzor yang akan dibantu oleh Dr. Biodenti telah siap melakukan sebuah
program puncak: ExtremePower Riders.
0 komentar :
Posting Komentar