Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 17 eXtremePower Riders: XPR






Fatsal 17 eXtremePower Riders: XPR

Di ruang kerjanya, Dr. Biodenti kali ini terlihat sangat sibuk menyiapkan rencana program dan teknis pelaksanaan mulai pengkalkulasian dan prediksi dalam mempersiapkan secara matang mulai dari proses awal hingga akhir. Ia menjadi lebih sibuk sebab ia harus melakukannya sendiri, namun hal itu tidak membuatnya bingung karena secara prosedural ia sangat memahami kerangka kerja dalam tim maupun individu. Di samping, ia masih ingat sekali bahwa pekerjaan ini memang dapat dilakukan oleh satu orang saja. Dan pernyataannya itu masih terngiang dalam ingatannya hingga saat ini.
“Sebenarnya pentransformsian dengan sistem penyensoran dan pengkodean dijital dapat dilakukan oleh seorang operator saja,” suatu kali Profesor Cherpantulas berkata kepadaku dan ketiga rekanku. “Karena kita bisa mengambil modus otomatis dengan hasil sesempurna kita laksanakan secara tim,” tambahnya lagi saat itu.
Sistematika pemrograman dan pengoperasian setiap kendali otomatis dipersiapkannya dengan sangat sigap dan cekatan, mulai dari Kendali Sistem Fisik Satu, Fisik Dua, Kendali Sistem Mental Satu dan Mental Dua. Selanjutnya ia satukan tampilan keempatnya dalam satu tampilan di monitor mainframe-nya. Ia pun menunggu hitungan mundur mencapai angka nol. Penghitungannya ia lakukan langsung sendiri dengan sistem sensor suaranya ditambah dengan penyebutan sandi pribadi dan pengkodean akses dijital secara otomatis. Akhirnya, semua dapat berjalan sempurna.
Sebuah kabin tiba-tiba mulai nampak terlihat di sebuah persegi empat yang telah diberi garis penanda di salah satu ruang laboratorium dan langsung terbuka seluas ukuran besar dan tinggi orang dewasa. Terlihat ruang kabin dilengkapi berbagai alat sensor suara yang masing-masing kini terhubung satu sama lain ke satu mesin operator. Setelah rona warna dalam kabin muncul memancar secara horisontal, vertikal, dan diagonal, mengalirlah kekuatan dahsyat sistem teknologi transformasi yang dihasilkan dari daya pancarannya.
Hitungan mundur telah mencapai angka nol di layar monitornya, kemudian ia melakukan penyensoran dan pengkodean sistem yang diakhiri dengan penekanan enter dan ruang kabin kini sudah ditempati oleh Kemal. Proses transformasi awal telah selesai. Selanjutnya ia akan melakukan fase terakhir yang biasanya ia lakukan secara tim, kini ia melakukan pemrograman otomatis terlebih dahulu dari rangkaian tim menjadi satu rangkaian. Setelah selesai masa adaptasi dengan kondisi yang akan diterima berikutnya, ia mempersiapkan fase terakhir yaitu sistem sensor dan pengkodean akses perubahan fisik dan mental. Ia mengangkat kedua tangannya tepat di depan wajahnya dengan jemari  terlihat seperti sedang menekan tombol-tombol tertentu yang tak dapat terlihat dengan pandangan mata biasa,  pengkodean,  membisikkan kata-kata tertentu seperti penyebutan kode, penyensoran. Fase terakhir yaitu Sistem Sensor Suara dan Pengkodean Akses Dijital, percepatan pendewasaan manusia secara fisik dan mental dalam sekejap pun telah selesai.
Kemal mengalami perubahan sangat ekstrim dengan matanya masih tertutup rapat, tubuhnya diam tak bergerak. Tubuhnya mencapai sekitar dua ratus sentimeter dengan lingkar membesar berotot, kedua tangan dan kaki kekar padat berisi dan gempal.
Setelah sosok Kemal ditempatkan pada ruang penenangan, selanjutnya ia melakukan proses yang sama untuk detik-detik pentransformasian berikutnya kepada Nandya. Dalam beberapa detik berikutnya fase terakhir pun telah dapat dilakukan dengan sangat gemilang dengan hasil sosok Nandya yang kini telah berubah secara ekstrim.
Kali ini kekagumanku kepada sang asisten tak dapat kutahan. Ia langsung kusalami dan kuhadiahkan sebuah senyuman dan ucapan selamat beberapa kali atas keberhasilannya itu. Ia pun hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih. Ia dengan kerendahan hati menambahkan bahwa itu semua berkat petunjuk dan bimbingan Profesor Cherpantulas yang ia dapatkan. Bahkan ia memuji sang profesorlah yang hebat karena pematerian kedua fase proses pentransformasian ini sangat jelas dan gamblang pada sebuah seminar dahulu.
Ia mengajakku berjalan memperhatikan sosok Kemal dan Nandya. Mereka mulai bisa berinteraksi dengan baik. Keduanya sangat heran dengan apa yang terjadi pada diri mereka, namun Dr. Biodenti menjelaskan dengan ringkas dan jelas sehingga mereka memahami kondisi dan status terakhir. Kedua kakakku tampak terharu mendengar pengakuan sang asisten dan langsung tak dapat menahan perasaan rindunya kepadaku.
“Aga juga sama, Kak Dea,” kataku kepada kakak perempuanku ini.
“Iya, sekarang kakak pangling banget ngeliat Aga seperti ini,” sahutnya
Aa Kemal, Aga kangen,” kataku lagi kepada kakak laki-lakiku itu setelah beberapa saat aku selesai memeluk Kak Dea.
“Iya, Ga, A Kemal juga sama,” sambut kakakku itu tak mampu berbicara banyak sembari berpelukan.
Dengan Aa Kemal agak lama aku memeluknya dan keharuanku tak dapat kutahan lagi hingga aku meneteskan airmata mengingat kenangannya beberapa saat sewaktu aku merasa terpisah dari keluargaku. Namun mereka terlihat lebih merasa terharu karena bagi mereka perpisahan itu telah sangat lama hingga beberapa tahun di dunia asal kami. Mereka seperti hampir tak percaya hal ini bisa terjadi di tempat yang tak pernah pikirkan sebelumnya. Mereka pun memeluk papa dengan penuh keharuan diselingi isak tangis kedua kakakku.
Betapa banyak mereka mengungkapkan kisah pencarian diriku selama beberapa tahun yang tanpa hasil baik itu dengan papa maupun tanpa papa pada tahun-tahun terakhir kepergianku dan papa.
Akhirnya kami menyadari pasti mama pun akan merasakan hal yang sama, kehilangan satu-persatu hingga terakhir kedua kakakku ini. Meskipun mereka merasakan berat perasaan yang akan mama tanggung seperti yang pernah papa, Kak Dea, dan A Kemal rasakan beberapa tahun lalu, tapi mereka rela ini terjadi demi sebuah pengembanan tugas mulia. Satu hal yang tidak dapat kami lakukan di sini adalah tidak boleh melakukan komunikasi secara langsung saat ini kepada sang mama. Alasan yang memperkuatnya yaitu waktu di alam dunia dan waktu di alam ini sangat berbeda, juga tuntutan tugas dan misi yang harus kami tuntaskan, sebuah penyelamatan harkat dan martabat umat manusia di alam ini!
           Menurut Dr. Biodenti, kami berempat harus menjalani proses penyatuan dan persamaan persepsi fisik dan mental yang terpadu di dalam sebuah kabin. Kabin ini mirip sebuah ruang karantina yang agak luas dan Kapten Rayzor yang akan dibantu oleh Dr. Biodenti telah siap melakukan sebuah program puncak: ExtremePower Riders.


Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar