Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 14 Berpesta-Pora Bersama Tiga Serangkai dan Jentik Dua Jemari



Fatsal 14 Berpesta-Pora Bersama Tiga Serangkai dan Jentik Dua Jemari

Dalam perjalanan kembali dari medan perang, Jenderal Tansulbahsa dengan sombong dan bangganya melaporkan berita gemilang tersebut kepada rajanya. Sang raja menyambutnya dengan penuh kebanggaan diri dengan keberhasilan tersebut. Setelah penyerangan berlangsung sekitar tigapuluh menit dan seluruh pasukan dari berbagai angkatan perang kerajaan itu kembali markas mereka. Bagi mereka ini berarti menelurkan kembali sebuah wilayah baru bagi Keraajaan Tucapenbath. Sang raja pun menginstrusikan sang jenderal sebagai orang kepercayaan nomor satu di negeri itu untuk menandakan temu-muka di hadapan publik dengan menghadirkan seluruh komandan pasukan angkatan bersenjata. Rajanya berencana akan mengadakan pesta-pora kerajaan yang sangat meriah di kalangan mereka hanya untuk menikmati kemenangan-kemenangan yang terus-menerus ini.
Raja Ansiabia Kejnat kini semakin yakin dan percaya bahwa dirinyalah satu-satunya pemimpin yang terkuat dan paling berjaya di seluruh kawasan alam raya ini. Ia akan memproklamirkan kebesaran dan kekuasaan wilayahnya, bahkan akan mencantumkan wilayah Kerajaan Gemrilozie yang baru saja ditaklukkannya itu sebagai bagian dari wilayah kerajaannya. Ia akan mengundang seluruh media domestik yang di bawah kendalinya dan media luar negeri untuk melaporkan ke seluruh kawasan tentang berita ini. Topik rencana lain yang akan dilansirnya yaitu menawarkan kerajaan-kerajaan tetangga lainnya yang tersebar di seluruh kawasan itu untuk bersatu di bawah tampuk kekaisarannya secara sukarela. Dalam siaran pers itu ia pun akan memberikan ancaman bagi raja-raja yang menolak akan mengalami nasib serupa seperti kerajaan-kerajaan yang telah ia hancurkan. Sebagai penguat tayangannya ia akan mendemonstrasikan sebuah kedigdayaan yang ia miliki berupa pemunculan tiga serangkai dan aksi penjentikan dua jemari yang sangat ia bangga-banggakan.
Pada saat penampilan Raja Ansiabia Kejnat dengan segala kelengkapan kebesaran dan kemegahan yang ia pamerkan di hadapan media massa publik tersebut, ia terus melantunkan syair kecongkakan sebagai seorang kaisar terkuat di seluruh dunia.
“Perhatikan seluruh pemirsa, diriku! Aku kini berdiri tegak di atas kalian. Kalian akan kuberi makan, minum, dan tempat tinggal serta pekerjaan. Aturan telah kubuat untuk kalian jalani dan jauhi. Semua dari kalian yang mematuhiku akan aku berikan hidup ini!” Ucap raja memulai proklamasinya.
“Dengan segala keberhasilanku menyatukan kalian di bawah kekuasaanku berarti kalian telah mendapatkan kehidupan dariku! Perkataanku ini adalah surat undangan untuk kalian. Dan itu adalah sebuah penghormatan yang harus kalian ingat. Aku tak perduli siapa diri kalian, aku tidak mau tahu apakah kalian pimpinan kerajaan atau penduduknya dari belahan wilayah mana pun, kuingin kalian bersatu kepadaku dengan damai. Aku tak ingin mendengar kalian berkata tidak atau akan melihatku meremukkan singgasana yang kalian banggakan itu menyatu dengan tanah!” Seringai kecongkakannya semakin nampak menghiasi wajah sang raja saat melontarkan kata-kata.
”Tidakkah kalian perhatikan kehebatanku yang tiada tandingannya ini? Tidakkah kau mengerti bahwa hanya kebesarankulah yang mampu menghancurkan mulai dari Kerajaan Solmeah Raya hingga Kerajaan Gemrilozie yang sangat luas, kuat dan mutakhir kini telah bertekuk lutut tanpa mampu memberikan perlawanan sedikit pun? Jadi inilah saat yang tepat kalian mencari keselamatan dan memohonkannya padaku, Raja Diraja Yang Agung Baginda Yang Mulia Ansiabia Kejnat!!!” Akuinya dengan sorot mata tajam dan beringas.
Spontan seluruh komandan pasukan dan beberapa perwira pilihan serta pengawal setia raja bertepuk tangan dan bersorak-sorai dengan segala keriuhannya. Hal ini menambah semangat sang raja melanjutkan pidatonya di hadapan media massa sebagai publikasi efektif untuk menguasai seluruh kawasan. Sang raja, dengan segala ambisinya terhadap kekuasaan tertinggi, ingin sekali lekas mendemonstrasikan dua kelebihan puncaknya yang sangat diagung-agungkannya itu.
“Sebentar lagi akan kalian lihat dengan mata kepala sendiri betapa aku memang pantas menjadi kaisar kalian. Penemuanku yang sangat hebat dan ditakuti berbagai kalangan di kawasan ini yang kalian tidak akan mampu mengalahkannya sedikit pun: Tiga Serangkai!” Pamernya lagi dengan tepuk tangan kemenangan.
Pada saat yang sama sang tiga serangkai mendemonstrasikan beberapa adegan saling menyerang dan menerkam dan membela diri dengan sangat terlatih. Pada demo tersebut dibawanya seorang budak dari sebuah tempat kerja paksa mereka dan dibantainya dalam sekejap mata, tanpa ampun, belas kasihan, dalam sekejap mata, dan teknik yang sangat asing dalam pandangan mata siapa pun. Kembali tepuk tangan dan keriuhan cecunguk raja menggema di ruang jumpa pers ini. Seorang wartawan dari luar negeri terlihat bergidik tubuhnya menyaksikan kekejaman aksi tiga serangkai tersebut. Dengan tewasnya seorang budak yang menjadi eksperimen mereka, berakhir demonstrasi tiga serangkai.
“Kini saatnya, puncak dari segala kekuatan dan kedigdayaanku, yaitu akan kupertontonkan kepada kalian penghancuran sebuah kota besar di wilayah taklukanku, Kerajaan Gromlan Kotche. Kota besar tersebut akan kuhancurkan dalam satu kerjap mataku dengan menjentikkan dua jemariku ini. Perhatikan kehebatanku! Karena aku, Kaisar Penjuru Alam!!!” Papar sang raja dengan segala kebanggaannya dan kesombongan yang tiada tara kembali menunjukkan kebolehannya.
Tatkala semua mata memandang ke arahnya tanpa berkedip ingin mengetahui secara langsung demonstrasi yang terbilang sangat langka, apalagi dilakukan oleh seorang raja ini, ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk memamerkannya di mata seluruh dunia. Ketika dua jemari itu dijentikkan dengan secepat kilat yang terlihat dalam tayangan lamban, monitor raksasa yang telah disediakan menampilkan peledakan dan penghancuran sebuah kota besar yang dijanjikan tadi. Terlihat di layar penduduk kota besar tersebut telah diungsikan terlebih dahulu sehingga tidak ada korban yang ikut dibinasakan.
Efek pengrusakan dan pembumihangusannya begitu sangat cepat dan dahsyat. Kota besar yang sengaja telah dibangun kembali sebelumnya itu kini telah luluh-lantak rata dengan permukaan tak ada sisa sesutau apa pun, hancur!
Kemudian tepuk tangan dan sorak-sorai dari para pengikutnya kembali bergema meneriakkan dan mengelu-elukan raja mereka.
“Hidup Raja Diraja Ansiabia Kejnat!!!”
“Hidup Kaisar Penjuru Alam!!!”
Usailah jumpa pers tanpa ada yang berani bertanya, mengkritik atau memperotes, karena para pewarta pun telah diancam sebelumnya bila ada yang berani berbuat berani kurang ajar seperti itu, maka akan segera tamat saat itu juga. Para pengawal istana telah bersiap-siap dan berjaga-jaga di setiap sudut ruangan besar itu sembari mengamati proses pengambilan gambar dan suara sang raja. Para tamu undangan dipersilakan menuju ruang pesta-pora di sebelahnya dan di sana telah disediakan berbagai olahan dan sajian kenikmatan seluruh indera yang dapat dihidangkan dan disajikan. Sebelum mereka tiba di ruang itu, raja telah mengambil posisi dengan dikelilingi beberapa wanita pilihan nan tercantik paling rupawan dari berbagai ras kerajaan yang menjadi pesanannya.
Di setiap kabin yang sengaja dirancang tembus pandang tersedia berbagai jenis makanan dan minuman, mulai dari yang paling ringan hingga berkadar memabukkan tingkat tinggi. Sajian musik pun mengalun silih-berganti sesuai panorama kabin, mulai dari yang melankolis hingga yang hingar-bingar. Hiasan ornamental kerajaan berjajar pada tiang-tiang menjulang tinggi melambai. Pada dinding-dinding raksasa terpampang foto-foto berukuran sangat besar wajah raja-raja mulai raja pertama hingga Raja Ansiabia Kejnat. Pada suatu dinding, foto-foto sang raja ini terpampang berbagai ukuran, pose dan gaya ditambah beberapa lukisan diri bersanding dengan beberapa wanita tercantik. Bahkan sang raja tidak merasa risih atau malu, berbagai foto yang sangat pribadi pun dipasang dengan penuh kebanggaannya: foto telanjang dengan seorang atau beberapa wanita, penyiksaan dan adegan seks dan brutalisme. Tidak ketinggalan video mesum dirinya dengan keluarga istana pun ditayangkan dalam suatu ruangan kabin. Sebuah contoh kelaliman yang telah melampaui batas di sebuah zaman ini.
“Sekarang……! Habiskan apa yang bisa kalian santap. Tuntaskan apa yang bisa kalian nikmati. Kuhadiahkan kehidupan ini semua untuk kalian!” Teriak raja sambil memegang cawan minuman memabukkan dan menggandeng dan memeluk para wanitanya, lalu tertawa lepas terbahak-bahak.
Gemuruh suara teriakan dan sorakan kegembiraan para hadirin yang ada di sana menggema seisi ruangan seolah-olah ingin mendobrak dinding tebal yang tembus pandang di sana-sini. Hingar-bingar mereka mewujudkan pribadi yang telah dibutakan dengan kenikmatan yang tersaji di depan mata dengan sebuah pesta-pora sepanjang hari yang digelar raja.
“Hidup Kaisar! Hidup Kaisar!! Hidup Kaisar Penjuru Alam!!!
Suara balasan para hadirin tidak mau kalah hebat dengan kesedapan dan kemerduan fatamorgana yang mereka sedang hadapi.
Hilir-mudik kian kemari, joget, tarian dan dansa, bernyanyi, bercumbu hingga bermain seks dengan bebas dan terbukanya di berbagai kabin merupakan pemandangan yang sudah menjadi tradisi mereka dalam merayakan setiap kemenangan atau acara-acara kerajaan. Apalagi ini adalah sebuah acara kemenangan tertinggi di dalam sejarah kerajaan selama berabad-abad yang sangat diidam-idamkan seorang raja dari keturunan Kerajaan Tucapenbath. Raja Ansiabia Kejnat telah berhasil membukukan sejarah kemenangan terbesar selama ini. Jika merujuk kembali kepada catatan wilayah kerajaan itu saat ini, luasnya telah hampir mencapai sepertiga kawasan. Maka, luapan kemenangan itu harus terekspresikan dengan kepuasan seluruh penghuni istana. Bagi sesepuh kerajaan, ini terbilang bagaikan sebuah mahakarya tersendiri yang patut dirayakan sebesar-besarnya.
Sementara itu di ruang penjara-penjara istana, penahanan besar-besaran para tokoh raja beserta tokoh-tokoh paling penting kerajaannya dari berbagai kerajaan tertata sangat rapi bak sebuah kandang raksasa di sebuah kebun binatang di tengah perkotaan modern. Kehidupan dan kematian mereka menjadi tontonan dan hiburan keluarga istana. Para penjaga yang berjaga-jaga di setiap pintu besar dan petugas pelayananan menunggu tugas masing-masing secara bergiliran di ruang kerja mereka. Gambaran ini mirip sebuah rumah sakit besar di sebuah perkotaan; para tawanan adalah pesakitan yang dirawat di satu kabin besar dan para petugas pelayanan istana adalah yang menjadi dokter atau susternya.
Kabin-kabin raksasa ini di samping dijaga dan dikawal sangat ketat, juga diberikan kode pengaksesan tertentu bila akan memasuki secara langsung ke dalam ruang kabin penahanan. Namun yang paling sering, siapa pun petugas tinggi di sana tidak ada yang sembarang memiliki akses masuk ke dalam kabin-kabin penahanan. Hanya petugas tertentu yang telah disumpah-setia hidup-mati mereka demi mengemban tugas yang sangat beresiko sangat tinggi ini dan itu menjadi sebuah kehormatan tertinggi bagi mreka dari kerajaan. Sehingga wajar hingga saat ini kabin-kabin penahanan masih tetap terjaga dan tidak ada satu kasus pun tentang pelarian tahanan baik itu karena kelalaian atau penyuapan. Sistematika kabin-kabin pun dibuat sama dan tidak ada yang dibeda-bedakan, apakah sebuah kabin berisi tokoh raja-raja besar atau raja-raja kecil. Perundangan-undangan telah diatur sama pada prosesi keadilan dan peradilan mereka. Bahkan seluruh kabin berturut-turut dalam satu pekan penaklukan berukuran dan fasilitas yang sama mulai dari Kerajaan Solmeah Raya, Kerajaan Owprahkorcha, Kerajaan Zolamandara, Kerajaan Cakrimarangi atau Kerajaan Gromlan Kotche dan Kerajaan Gemrilozie yang sangat luas dan terkenal sekali pun bernasib sama di mata keadilan dan peradilan mereka. Karena bagaimana pun mereka beranggapan bahwa di mata hukum setiap individu itu sama, tidak ada seorang pejabat istana yang mendapat fasilitas kabin yang lebih baik dari seorang pesuruh sekali pun. Jika kabin seorang pesuruh tidak dilengkapi pesawat televisi, maka seorang pejabat tinggi sekali pun tidak akan dilengkapi kabinnya dengan pesawat televisi sebagai tahanan istana. Kedisiplinan para petugas lapas kerajaan tidak hanya termotivasi rasa takut dalam menjalankan tugasnya, tapi juga kewajiban abdi istana yang menjadi kewajibannya. Sering permintaan suatu kerajaan yang menyalahi tatatertib yang berlaku agar diberikan sedikit keringanan atau kemudahan hanya sekedar untuk merokok atau dapat menonton televisi atau pertandingan olahraga tertentu dengan iming-iming atau janji-janji emas atau harta kekayaan lain, tak akan ada yang berani petugas rendah atau tertinggi mana pun membolehkannya. Bagi para petugas istana ini, pengabdian berada di atas segala-galanya, karena posisi atau jabatan yang mereka emban adalah kewajiban yang tak patut untuk diselewengkan, sekecil apa pun. Hal itu terjadi dan terealisasi dengan jelas baik dalam kehidupan teoritis dan praktis di kerajaan ini. Mereka tidak merasa iri atau dengki dengan sebagian dari mereka yang ikut berpesta-pora di ruang besar berkabin-kabin itu. Yang mereka taati dan patuhi adalah pengembanan tugas dan kewajiban demi kerajaan terlebih dahulu. Meskipun mereka belum pernah sekali pun diundang raja atau petinggi kerajaan pada acara-acara kenikmatan seperti itu, namun mereka terus menjalanakan tugas dan kewajiban tanpa pilih bulu dan bosan. Mereka tidak mau mengindahkan dan mengingat kesenangan dan kenikmatan hidup yang kini dialami dan dirasakan para petugas di ruang berkabin-kabin itu. Inilah salah satu kunci sukses mereka berabad-abad lamanya dalam mempertahankan tradisi kelembagaan kabin penahanan hingga detik ini.
         Hingar-bingar di ruang besar berkabin-kabin masih terus dan bahkan bertambah semarak dengan sajian segala kenikmatan hidup yang silih-berganti seolah-olah mereka tidak akan menjalani hidup kembali esok hari. Tubuh mereka seolah-olah tidak merasa lelah atau letih, meskipun mesti berlama-lama duduk, berdiri, berjongkok, berbaring, tengkurap, telentang dan berbagai posisi sesuka hati mereka. Mereka tidak mau mengindahkan dan mengingat lagi kepedihan dan kesengsaraan hidup yang dialami dan dirasakan para tahanan di kabin-kabin penahanan mereka.


Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar