Senin, 08 Juli 2013

Fatsal 18 Formasi Segitiga Kekuatan Bersatu



Fatsal 18 Formasi Segitiga Kekuatan Bersatu

Di laboratorium bawah istana pada sebuah kabin yang menjadi karantina XPR, mereka mulai menjalani setiap pelatihan dan simulasi kilat. Dari ruang kendali Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti mengawasi empat tokoh yang berjajar ke belakang secara berurutan dipimpin olehku, Pak Satria, Kemal, dan Nandya di sebuah titik awal siap untuk menjalani semua program simulasi. Mereka berempat akan melakukan perubahan bentuk dengan melompat ke empat titik membentuk segitiga. Sang Ksatria melompat ke titik tengah di depan disusul oleh Pak Satria ke titik depan di sebelah kanan, kemudian Kemal ke titik depan di sebelah kiri. Terakhir Nandya akan melakukan lompatan ke titik sudut di belakang.
Pada simulasi pertama ini Ksatria Aga melompat dari titik awal ke titik formasi dan menyilangkan kedua tangan setinggi dada dengan menempatkan tangan kanan di depan. Selanjutnya disusul Pak Satria melompat ke titik formasi kanan depan dan berteriak lantang.
“Saatnya berubah!”
Sesaat kemudian mulai dari kepala, leher, kedua tangan, tubuh hingga ke kedua kakinya secara cepat berganti menjadi warna putih bergaris hitam menyerupai bentuk dan kulit loreng harimau. Matanya menyala sebentar mengeluarkan cahaya merah menyilaukan. Seluruh tubuhnya yang berotot kekar berlapis baja.
“Saatnya berubah!”
Susul Kemal melompat dari titik awal menuju titik formasi arah kiri Ksatria Aga. Dengan gerakan serupa langsung berubah secara cepat. Mulai dari kepala hingga kedua kakinya berganti warna kekuning-kuningan dengan gemerlap menyerupai seekor singa buas. Matanyapun sebentar mengeluarkan cahaya kuning menyala. Lapisan baja berkilau menampakkan otot kekar menonjol kekar memperlihatkan kegagahan penampilannya.
Terakhir terlihat lompatan Nandya melesat ke formasi belakang Ksatria Aga sambil berteriak tak kalah lantangnya.
“Saatnya berubah!”
Gerakan serupa seperti tiga sosok sebelumnya secepat kilat ia lakukan. Tubuhnya yang layaknya seperti seekor rajawali kini berlapiskan baja gemerlapan langsung berubah gagah perkasa dengan tonjolan otot putih keabu-abuan dengan bintik-bintik kuning emsa kecoklat-coklatan.
Formasi segitiga kekuatan telah terbentuk sekarang.
“Lakukan Penyatuan Formasi Segitiga Kekuatan!” Bimbing Kapten Rayzor kepada kami memberikan pengarahan.
Ketiga sosok berkekuatan tinggi yang masing-masing melambangkan kehebatan tiga ekor hewan tersebut bersiaga ke arahku. Aku segera merubah diriku melalui Modus Empat yang akan mampu melakukan metamorfosa sesuai keinginanku. Kini di dalam diriku yang seperti sebelumnya dilapisi dengan perisai tubuh antisenjata dan deteksi di seluruh tubuhku sehingga kini perwujudanku bagaikan sebuah robot besar berlapis besi baja antirudal dan misil.
Sosok harimau, singa dan rajawali serentak secara bersamaan melesat dari arah kanan, kiri dan belakang melesat ke arahku menempati kabin-kabin yang telah tersedia. Mereka masing-masing telah duduk di sebuah kursi di belakang sebuah kemudi berbentuk hurup T dan memasang sabuk pengamannya.
Dengan petunjuk-petunjuk pada bimbingan penggunaan XPR yang dibuat oleh Profesor Cherpantulas yang telah dapat kubaca secara lengkap pada sebuah layar tampilan sisi otak kanan dan kiriku, aku melanjutkan simulasi berbagai macam gerakan-gerakan pertahanan dan serangan. Ketiga mitra yang sudah menyatu dalam diriku mendapatkan porsi yang telah terpasang dan terpampang pada sebuah layar tampilan di hadapan mereka masing-masing. Seluruh gerakan terkoordinasi secara simultan berdasarkan perintah sentral yang kutata sesuai jenis aktivasi, antisipasi, dan eksekusinya.
Aku meminta kapten menempatkan sebuah target dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Target itu ditaruh dalam keadaan diam dan bergerak, baik dengan lamban, cepat, terlihat maupun tersembunyi. Bahkan sang asisten profesor pun membantu memasang jebakan dari berbagai arah: bawah, atas, mendatar, menurun, diagonal kanan dan kiri, hingga berputar dan berotasi. Refleksi gerakanku mampu menangkis dan meredam semuanya dengan kecepatan super tinggi bagaikan kilat. Nampak keduanya sangat terpukau, berdecak kagum dan memanjatkan puji-pujian berulangkali, meskipun aku belum memanfaatkan tenaga penyerangan terhadap obyek lawan yang berada di dalam jarak pandanganku.
“Baiklah, Ksatria, sekarang mohon peragakan daya serangan Anda untuk melumpuhkan obyek sebagai lawan Anda,” pinta sang kapten kali ini.
Aku pun mengangkat tangan kiriku dan membuat tanda bulatan dengan menyentuhkan ibu jari dan jari telunjuk sebagai lambang setuju. Selanjutnya secara bergantian, sang kapten dan asisten profesor itu menampilkan obyek sebagai lawan yang muncul dari berbagai arah dan langsung kuserang dan kubinasakan. Berbagai jenis, rupa, bentuk, ukuran dan warna lawan-lawanku menyerang dengan ancaman yang tidak main-main dan sangat mematikan, hingga kupikir mereka seperti hendak melenyapkanku saja. Namun kesigapanku pun tidak mau kalah hingga segala jenis dan macam telah kulalui, hingga total simulasi mencapai jutaan telah berhasil kupatahkan dan kuserang balik hingga obyek lawanku pun lenyap.
Meskipun demikian standardisasi simulasi ini kami lakukan dengan segala macam dan jenis yang ada pada basis data kerajaan ini yang disesuaikan dengan universalitas berbagai kawasan pada alam mayapada. Aku pasti mengerti untuk kerahasiaan puncak tertentu sebuah kerajaan pasti tak akan mudah mereka ekspos apalagi mempublikasikan ke berbagai mancakerajaan dan mengeksploitasinya demi keuntungan pihak tertentu.
Terus terang, aku merasa belum berada di dalam medan peperangan, meski situasi yang diciptakan pada simulasi ini telah mencapai tingkat puncak terakhir, karena belum pernah aku menghadapi musuh yang menjadi lawanku hingga pada peperangan yang sesungguhnya.
“Bagaimana menurut Anda, Ksatria?” Tanya sang kapten kepadaku.
“Simulasi ini sangat bagus untuk kami, Kapten,” jawabku singkat.
“Statistik simulasi menunjukkan Anda mencapai rating skor tertinggi: EXPERT USER pada band scores. Kini operasi seluruh dasar simulasi telah Anda kuasai, Ksatria Aga. Simpan program ini pada senjata XPR Anda, dan formasi-formasi tersebut dapat dilakukan dalam format yang lebih sempurna lagi untuk penggunaan berikutnya,” Kapten Rayzor memberi komentar kesimpulan atas keberhasilan simulasi itu.
“Selamat, Tuan-tuan dan Nyonya. Kita sudah selesai sekarang” puji Dr. Biodenti dengan senyuman tulus dari mikrofon tersembunyi melengkapi ucapan sang kapten.
Simulasi hanya dilakukan beberapa menit saja. Karena kami melakukannya dengan kecepatan serba sangat tinggi. Sehingga kami masih memiliki waktu untuk mengevaluasi dan beristirahat, sebelum rencana pematangan penyelamatan keluarga istana kerajaan dan para sandera yang berhasil ditawan oleh pasukan angkatan perang Kerajaan Tucapenbath.
Setelah ketiga mitraku melepaskan diri dari tubuh baja raksasa secara bersamaan, mereka merubah diri bersamaan.
“Saatnya berubah!”
Modus kukembalikan ke kondisi normal. Kami telah bersalin rupa dan kembali kepada wujud kami yang asli. Aku, papa, Kak Dea, Aa Kemal, Kapten Rayzor, dan Dr. Biodenti menikmati waktu dengan bercengkrama sebentar sambil menikmati hidangan minuman dan makanan yang telah disediakan di Cabin of Emergency Storage of Food and Beverage Supplies.
          Beberapa detik kemudian setelah kami selesai menyantapnya, sang asisten dan kapten mengajak kami berkeliling ke berbagai kabin lainnya di platform rahasia istana kerajaan ini. Menurut sang asisten tersebut, disain dan mobilitasnya dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan: membesar, mengecil, meluas, menyempit, bertambah dan berkurang serta berbagai modus fungsi kualitas dan kuantitas dayaguna dan dayapakainya telah sangat diperhitungkan hingga hitungan seratus tahun ke depan. Sebuah mahakarya dari seorang pengabdi, ilmuan yang sangat jenius dan religius. Sangat fantastik!

Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar