Fatsal 18 Formasi Segitiga Kekuatan Bersatu
Di laboratorium bawah istana pada sebuah
kabin yang menjadi karantina XPR, mereka mulai menjalani setiap
pelatihan dan simulasi kilat. Dari ruang kendali Kapten Rayzor dan Dr. Biodenti
mengawasi empat tokoh yang berjajar ke belakang secara berurutan dipimpin olehku,
Pak Satria, Kemal, dan Nandya di sebuah titik awal siap untuk menjalani semua
program simulasi. Mereka berempat akan melakukan perubahan bentuk dengan
melompat ke empat titik membentuk segitiga. Sang Ksatria melompat ke titik
tengah di depan disusul oleh Pak Satria ke titik depan di sebelah kanan,
kemudian Kemal ke titik depan di sebelah kiri. Terakhir Nandya akan melakukan
lompatan ke titik sudut di belakang.
Pada simulasi pertama ini Ksatria Aga
melompat dari titik awal ke titik formasi dan menyilangkan kedua tangan
setinggi dada dengan menempatkan tangan kanan di depan. Selanjutnya disusul Pak
Satria melompat ke titik formasi kanan depan dan berteriak lantang.
“Saatnya berubah!”
Sesaat kemudian mulai dari kepala,
leher, kedua tangan, tubuh hingga ke kedua kakinya secara cepat berganti
menjadi warna putih bergaris hitam menyerupai bentuk dan kulit loreng harimau.
Matanya menyala sebentar mengeluarkan cahaya merah menyilaukan. Seluruh tubuhnya
yang berotot kekar berlapis baja.
“Saatnya berubah!”
Susul Kemal melompat dari titik awal
menuju titik formasi arah kiri Ksatria Aga. Dengan gerakan serupa langsung
berubah secara cepat. Mulai dari kepala hingga kedua kakinya berganti warna
kekuning-kuningan dengan gemerlap menyerupai seekor singa buas. Matanyapun
sebentar mengeluarkan cahaya kuning menyala. Lapisan baja berkilau menampakkan
otot kekar menonjol kekar memperlihatkan kegagahan penampilannya.
Terakhir terlihat lompatan Nandya melesat
ke formasi belakang Ksatria Aga sambil berteriak tak kalah lantangnya.
“Saatnya berubah!”
Gerakan serupa seperti tiga sosok
sebelumnya secepat kilat ia lakukan. Tubuhnya yang layaknya seperti seekor
rajawali kini berlapiskan baja gemerlapan langsung berubah gagah perkasa dengan
tonjolan otot putih keabu-abuan dengan bintik-bintik kuning emsa
kecoklat-coklatan.
Formasi segitiga kekuatan telah
terbentuk sekarang.
“Lakukan Penyatuan Formasi Segitiga
Kekuatan!” Bimbing Kapten Rayzor kepada kami memberikan pengarahan.
Ketiga sosok berkekuatan tinggi yang
masing-masing melambangkan kehebatan tiga ekor hewan tersebut bersiaga ke
arahku. Aku segera merubah diriku melalui Modus Empat yang akan mampu melakukan
metamorfosa sesuai keinginanku. Kini di dalam diriku yang seperti sebelumnya
dilapisi dengan perisai tubuh antisenjata dan deteksi di seluruh tubuhku
sehingga kini perwujudanku bagaikan sebuah robot besar berlapis besi baja
antirudal dan misil.
Sosok harimau, singa dan rajawali
serentak secara bersamaan melesat dari arah kanan, kiri dan belakang melesat ke
arahku menempati kabin-kabin yang telah tersedia. Mereka masing-masing telah
duduk di sebuah kursi di belakang sebuah kemudi berbentuk hurup T dan memasang
sabuk pengamannya.
Dengan petunjuk-petunjuk pada bimbingan
penggunaan XPR yang dibuat oleh Profesor Cherpantulas yang telah dapat
kubaca secara lengkap pada sebuah layar tampilan sisi otak kanan dan kiriku,
aku melanjutkan simulasi berbagai macam gerakan-gerakan pertahanan dan
serangan. Ketiga mitra yang sudah menyatu dalam diriku mendapatkan porsi yang
telah terpasang dan terpampang pada sebuah layar tampilan di hadapan mereka
masing-masing. Seluruh gerakan terkoordinasi secara simultan berdasarkan
perintah sentral yang kutata sesuai jenis aktivasi, antisipasi, dan
eksekusinya.
Aku meminta kapten menempatkan sebuah
target dari yang paling kecil hingga yang paling besar. Target itu ditaruh
dalam keadaan diam dan bergerak, baik dengan lamban, cepat, terlihat maupun
tersembunyi. Bahkan sang asisten profesor pun membantu memasang jebakan dari
berbagai arah: bawah, atas, mendatar, menurun, diagonal kanan dan kiri, hingga
berputar dan berotasi. Refleksi gerakanku mampu menangkis dan meredam semuanya
dengan kecepatan super tinggi bagaikan kilat. Nampak keduanya sangat terpukau,
berdecak kagum dan memanjatkan puji-pujian berulangkali, meskipun aku belum
memanfaatkan tenaga penyerangan terhadap obyek lawan yang berada di dalam jarak
pandanganku.
“Baiklah, Ksatria, sekarang mohon
peragakan daya serangan Anda untuk melumpuhkan obyek sebagai lawan Anda,” pinta
sang kapten kali ini.
Aku pun mengangkat tangan kiriku dan
membuat tanda bulatan dengan menyentuhkan ibu jari dan jari telunjuk sebagai
lambang setuju. Selanjutnya secara bergantian, sang kapten dan asisten profesor
itu menampilkan obyek sebagai lawan yang muncul dari berbagai arah dan langsung
kuserang dan kubinasakan. Berbagai jenis, rupa, bentuk, ukuran dan warna
lawan-lawanku menyerang dengan ancaman yang tidak main-main dan sangat
mematikan, hingga kupikir mereka seperti hendak melenyapkanku saja. Namun
kesigapanku pun tidak mau kalah hingga segala jenis dan macam telah kulalui,
hingga total simulasi mencapai jutaan telah berhasil kupatahkan dan kuserang
balik hingga obyek lawanku pun lenyap.
Meskipun demikian standardisasi simulasi
ini kami lakukan dengan segala macam dan jenis yang ada pada basis data
kerajaan ini yang disesuaikan dengan universalitas berbagai kawasan pada alam
mayapada. Aku pasti mengerti untuk kerahasiaan puncak tertentu sebuah kerajaan
pasti tak akan mudah mereka ekspos apalagi mempublikasikan ke berbagai
mancakerajaan dan mengeksploitasinya demi keuntungan pihak tertentu.
Terus terang, aku merasa belum berada di
dalam medan peperangan, meski situasi yang diciptakan pada simulasi ini telah
mencapai tingkat puncak terakhir, karena belum pernah aku menghadapi musuh yang
menjadi lawanku hingga pada peperangan yang sesungguhnya.
“Bagaimana menurut Anda, Ksatria?” Tanya
sang kapten kepadaku.
“Simulasi ini sangat bagus untuk kami,
Kapten,” jawabku singkat.
“Statistik simulasi menunjukkan Anda
mencapai rating skor tertinggi: EXPERT
USER pada band scores. Kini
operasi seluruh dasar simulasi telah Anda kuasai, Ksatria Aga. Simpan program
ini pada senjata XPR Anda, dan formasi-formasi tersebut dapat dilakukan dalam
format yang lebih sempurna lagi untuk penggunaan berikutnya,” Kapten Rayzor
memberi komentar kesimpulan atas keberhasilan simulasi itu.
“Selamat, Tuan-tuan dan Nyonya. Kita
sudah selesai sekarang” puji Dr. Biodenti dengan senyuman tulus dari mikrofon
tersembunyi melengkapi ucapan sang kapten.
Simulasi hanya dilakukan beberapa menit
saja. Karena kami melakukannya dengan kecepatan serba sangat tinggi. Sehingga
kami masih memiliki waktu untuk mengevaluasi dan beristirahat, sebelum rencana
pematangan penyelamatan keluarga istana kerajaan dan para sandera yang berhasil
ditawan oleh pasukan angkatan perang Kerajaan Tucapenbath.
Setelah ketiga mitraku melepaskan diri
dari tubuh baja raksasa secara bersamaan, mereka merubah diri bersamaan.
“Saatnya berubah!”
Modus kukembalikan ke kondisi normal.
Kami telah bersalin rupa dan kembali kepada wujud kami yang asli. Aku, papa, Kak Dea, Aa Kemal, Kapten Rayzor, dan Dr. Biodenti menikmati waktu dengan
bercengkrama sebentar sambil menikmati hidangan minuman dan makanan yang telah
disediakan di Cabin of Emergency Storage
of Food and Beverage Supplies.
Beberapa detik kemudian setelah kami selesai
menyantapnya, sang asisten dan kapten mengajak kami berkeliling ke berbagai
kabin lainnya di platform rahasia istana kerajaan ini. Menurut sang asisten
tersebut, disain dan mobilitasnya dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan:
membesar, mengecil, meluas, menyempit, bertambah dan berkurang serta berbagai
modus fungsi kualitas dan kuantitas dayaguna dan dayapakainya telah sangat diperhitungkan
hingga hitungan seratus tahun ke depan. Sebuah mahakarya dari seorang pengabdi,
ilmuan yang sangat jenius dan religius. Sangat fantastik!
0 komentar :
Posting Komentar