Senin, 05 Januari 2015

Fatsal 10 Tiga Serangkai



Fatsal 10 Tiga Serangkai

Di dalam sebuah rapat sidang rahasia di Kerajaan Tucapenbath dipimpin oleh Raja Ansibia Kejnat sebuah topik sangat penting sedang dibahas dengan sangat serius. Sidang sangat tertutup ini dihadiri orang-orang kepercayaan raja, seperti Jenderal Tansulbahsa seorang komandan tertinggi pasukan perang elit istana kerajaan yang sangat dikenal bengis dan kejam memiliki banyak keahlian dalam peperangan. Letnan Drago seorang asisten jenderal yang bersifat sama dengan atasannya plus tak mengenal perikemanusiaan dalam menjalankan segala tugasnya, didampingi dua orang tentara rekannya, yaitu Letnan Bondi dan Letnan Droka pun tidak hanya memiliki wajah yang brutal tapi juga bersifat hewani sejati. Sang jenderal duduk di sebelah kiri raja diikuti dua orang anak buahnya. Sementara tiga orang yang berperawakan sangat kekar duduk berjajar di sebelah kanan raja. Tiga orang ini masih cukup asing bagi di mata sang jenderal dan ini kali pertama ia melihatnya. Menurut cerita raja mereka, itu merupakan hasil penciptaan terakhir kerajaan yang akan membantu penyerbuan dan peperangan yang akan mereka lakukan untuk menaklukkan kerajaan tetangga berikutnya.
“Baiklah. Kalian telah hadir semua di sini. Aku akan langsung menyampaikan berita yang sangat penting kepada kalian berkenaan rencana kita untuk menaklukkan Kerajaan Gemrilozie,” Raja Ansiabia Kejnat membuka sidang dengan suara cukup jelas di telinga yang hadir di sana.
“Sebelum aku mendengar tentang perencanaan menyangkut teknik, taktik dan strategi penyerangan yang akan kalian sampaikan kepadaku, dan memastikan serta menetapkan saat yang tepat melakukannya, aku ingin memperkenalkan kepada kalian anggota baru dalam barisan inti pasukan elit kita,” lanjut raja memperkenalkan ‘orang baru’ tersebut.
“Mereka telah dirancang dengan beberapa keunggulan teknologi baru dan mutakhir di dalam tubuhnya. Penyerangan, pengendalian dan pertahanan hidup mereka menggunakan sistem komputasi, sehingga sebagian besar tubuh mereka didominasi unsur-unsur robotik dengan tingkat kecerdasan manusia seperti kita,” papar lagi raja dengan penuh kebanggaan dan kesombongan.
Kemudian raja menampilkan berbagai jenis kelebihan mereka satu-persatu pada layar di dinding ruang sidang yang telah dipersiapkan. Keahlian mereka sangat beragam mulai dari pola sederhana dalam menjalani kehidupan layaknya seperti manusia hingga berbagai teknik menyerang manusia bersenjata dan teknik mempertahankan diri dalam kondisi kritis. Sang raja pun menjelaskan bahwa mereka dapat hidup dalam berbagai tempat, seperti di air mirip kehidupan seekor ikan, di udara layaknya seekor burung dan di bawah tanah menyerupai hewan melata. Hampir tak ada celah kelemahan dan mengarah kepada rekayasa penciptaan yang begitu sempurna.
“Yang tidak kalah penting dari berbagai keunggulan utama aku telah sebutkan mereka merupakan sebuah tiga serangkai. Tiga tubuh itu mampu menyatukan diri seperti ini,” sebut raja sambil membusungkan dada dan menampilkan tayangan bagaimana tiga serangkai menyatukan diri dan memisahkan diri kembali dengan berbagai formasi.
Kemudian raja bertepuk tangan, dan mengajak mereka mengangkat minuman untuk bersulang.
Sang jenderal pun ikut bertepuk tangan sangat gembira seperti seorang anak kecil mendapat sebuah hadiah dari bapaknya mendengar cerita raja mereka, lalu diikuti tepukan tangan kedua asistennya dan bersulang bersama-sama pula. Sementara ketiga orang yang sedang diceritakan duduk mematung menampilkan keangkeran wajah yang sangat luar biasa yang membuat ciut nyali siapa pun yang melihat.
Kemudian, sang raja dengan lengkap menampilkan tayangan tentang semua kelebihan dan keahlian yang mereka miliki.
“Begitulah Jenderal Tansulbahsa dan para letnanku, tiga serangkai ini,” lanjutnya lagi. “akan masuk dan lebih memperkuat barisan kekuatan angkatan perang kerajaan kita,” tutup sang raja dalam memperkenalkan hasil penciptaan para tenaga ahli kerajaannya.
 Mereka kembali bertepuk tangan dengan sangat meriah dan dilanjutkan dengan bersulang beberapa kali. Lalu raja memberi tanda kepada si tiga serangkai untuk memperagakan langsung di hadapan mereka. Mereka langsung bangkit dan mengambil posisi di salah satu ruang yang lebih luas dan mulai memperagakan segala kemampuannya satu-persatu secara bersamaan. Sesekali mereka yang hadir di sana bertepuk tangan dengan riuhnya dan dilanjutkan dengan menenggak beberapa minuman yang terus dituangkan oleh para dayang-dayang sangat cantik, molek dan menawan yang sedari awal telah berdiri mengambil posisi agak menjauh. Sesekali mereka mengembangkan senyum nakal mereka dan mengedipkan atau mengerlingkan mata baik kepada jenderal maupun kedua asistennya. Terlihat mereka yang sedang duduk mulai terkena efek memabukkan dari minuman yang mereka teguk terus-menerus, namun mereka tetap memiliki kekuatan konsentrasi yang sangat luar biasa. Terkadang terdengar mereka tertawa kegirangan sambil sesekali bertepuk tangan menandakan luapan kegembiraan ketika menyaksikan tiga serangkai menampilkan sebagian besar adegan yang sangat berbahaya di hadapan mereka. Ketiganya seolah-olah tidak mengenal lelah dan letih terus mempertontonkan kebolehan hasil ciptaan para tenaga ahli tuannya. Tingkah ketiga serangkai itu menampilkan berbagai keahlian menyerang dan mempertahankan diri sebagai manusia dan terkadang seperti kebuasan binatang liar yang bengis dan kejam dalam memangsa korban-korbannya. Mereka saling menyerang, menggigit, mencakar, merobek hingga memakannya. Di lain waktu mereka terlihat bergandeng dan berpegangan akrab seperti layaknya teman atau saudara karib di antara mereka sebelum mereka menyatu manunggal. Sebuah pertunjukan yang sangat memukau dan berhasil memeberikan kepuasan yang sangat dalam di hati para penontonnya. Sang raja berkali-kali tersenyum dan tertawa lepas menunjukkan kesenangan dan kegembiraan sambil membelai dan memeluk para dayang-dayang yang diminta mendekati dan melayaninya. Bahkan tidak ketinggalan sang jenderal dan para asistennya pun ikut menikmati segala fasilitas nafsu dan birahi yang lengkap tersedia di sana. Mereka kini sudah benar-benar seperti tingkah laku binatang dan melupakan kodratnya sebagai manusia dan makhluk ciptaan Tuhan. Mereka telah benar-benar dibuat mabuk dengan keberhasilan dan prestasi kerja dan cipta yang mereka buat dan sungguh-sungguh melupakan campur-tangan Tuhan Semesta Alam, Sang Pencipta.
Bagi mereka kecerdasan dengan daya ciptanya, kedigdayaan dengan level posisinya, dan kesenangan hidup dengan segala kemudahan dan kemewahannya merupakan terminal akhir dalam kehidupan. Bahkan mereka tidak lagi mengenal akan datang kehidupan lain nan kekal di hari akhir, mungkin mereka tidak mengenal dan mengetahui, sudah melupakan atau tidak memperdulikannya lagi. Bagi sang raja dan para pengikutnya menikmati kemewahan dan kesenangan yang tersedia merupakan tujuan akhir pencapaian hidup yang mutlak di alam ini sehingga tidak perduli lagi bagaimana cara dan proses mendapatkannya. Siapa saja yang berani menghalangi, melawan, mengkritik dan memprotes, maka jangan dipertanyakan lagi hasilnya, sang raja akan memerintahkan pasukan yang diperlukan untuk membantai dan memusnahkan tanpa alang-kepalang. Kemajuan dan modernitas kehidupan hanya milik kehidupan itu sendiri. Mereka tak mengenal batas arti dan makna kebaikan dan keburukan. Bagi mereka itu hanya seperti mengenal hitam dan putih yang dapat diganti  warna kapan pun mereka menyukai dan membutuhkannya. Istilah moral, harkat dan martabat merupakan simbol yang hanya ada dan tertulis atau boleh diketahui, tapi bukan sebagai aplikasi nyata kehidupan. Kepatuhan absolut kepada titah raja bak menjadi ketaatan hamba kepada Tuhannya. Sang raja menentukan siapa yang boleh hidup dan siapa yang harus mati di mana dan kapan. Hal itu menjadi kitab pegangan di seluruh penjuru negeri dan sekaligus perundang-undangan tertinggi, sehingga meskipun ada penambahan, pengurangan atau perubahan apa pun itu pasti berasal dari sang raja. Sebuah sisi kehidupan punggawa kerajaan yang benar-benar nyata dijalani dewasa ini di Kerajaan Tucapenbath yang sedang berada di puncak kejayaan di kawasan itu. Apakah mereka lupa siapa, dari mana dan akan ke mana mereka hidup?
Di tengah asyik-maksyuk menikmati berbagai sajian kenikmatan di ruang sidang itu, sang raja menepukkan tangannya satu kali. Tiga serangkai langsung serentak menghentikan aksi liar mereka, sang jenderal dan para asistenya pun mengambil posisi khidmat kembali, dan para dayang-dayang nan cantik, molek dan menawan berlenggak-lenggok ke tempat mereka semula.
“Baik!” Ucapnya lantang berwibawa memecah keheningan sejenak.
“Kurasa kita sudah mengetahui peta kekuatan angkatan perang kerajaan ini,” dengan nanar matanya menyala menunjukkan betapa digdaya sang raja di hadapan kehebatan para hambanya itu, dan ia melanjutkan kata-katanya lagi.
“Sebelum sesaat kita lanjutkan lagi pesta yang sementara kutunda ini……. Aku ingin mendengar segala persiapan yang telah kau buat dan rencanakan bagi penyerbuan dan peperangan itu, Jenderal! Aku berikan kesempatan kalian bertiga untuk menyatukan kekuatan dengan ketiga mitra kalian, si tiga serangkai tersebut. Bila ada segala sesuatu, bicarakan dan bahas hingga tuntas secepatnya hari ini. Karena aku sudah tidak sabar ingin kita melanjutkan pesta kita, dan esok………….di awal hari kalian sudah berangkat ke medan peperangan. Dan camkan!! Buatku tidak mengenal kata kekalahan! Hanya kabarkan aku, sebuah kemenangan!”
“Paduka Raja Diraja Yang Mulia Ansiabia Kejnat, titah suci siap hamba laksanakan, Paduka Yang Agung sesembahan rakyat Kerajaan Tucapenbath yang masyhur,” dengan penuh kesopanan dan penghormatan Jenderal Tansulbahsa menerima titah raja itu.
Lalu raja itu beranjak dari meja sidang dan menempati singgasananya yang begitu permai tidak jauh dari meja sidang yang ia duduki tadi. Ia ingin memberikan ruang dan waktu kepada mereka berenam membicarakan dan membahas perencanaan penyerbuan dan peperangan. Kini mereka, yaitu pihak sang jenderal dan pihak tiga serangkai mulai terlihat akrab, dan sudah mulai sangat sibuk di meja sidang itu. Sesekali mereka saling bertanya dan menjawab yang diakhiri dengan membagi tugas masing-masing. Rupanya sang jenderal memang sudah sangat piawai baik dalam medan perang maupun di meja sidang memimpin rapat. Bahkan, sesekali ia menengahi perdebatan yang cukup panjang dan memanas bila terjadi perbedaan pendapat antar mereka. Keahlian inilah salah satu yang menjadi kebanggaan Raja Ansibia Kejnat terhadap Jenderal Tansulbahsa di samping keahlian dan kepiawaiannya dalam menerapkan teknologi, teknik, metode dan strategi yang jitu dalam penyerbuan-penyerbuan dan peperangan yang selalu membawa banyak kemenangan bagi sang raja. Baginya ia merupakan sang pahlawan kerajaan dan seorang abdi setia istana nomor satu selama ini. Bahkan pernah juga terlintas ia berkehendak menjodohkannya dengan salah seorang puteri dari puluhan yang ada untuk dijadikan isteri sang jenderal untuk melepas masa lajangnya. Namun niat itu selalu diurungkannya karena tugas-tugas penyerbuan dan peperangan yang ia titahkan dan tuntut kepadanya.
             Begitulah setelah sidang menemukan konklusi dengan segala perencanaan yang mereka sepakati bersama dan melaporkan hasilnya saat itu juga, sang raja meminta mereka melanjutkan pesta-pora yang sempat tertunda sebelumnya. Kembali suasana ruang sidang berubah bak kehidupan di dalam hutan yang tidak mengenal batas etika dan moral, manusia dan binatang, baik dan buruk serta hitam dan putih. Bagi mereka melanjutkan pesta kenikmatan sementara ini merupakan perwujudan kehidupan mutlak yang hakiki. Mereka nampak kelelahan setelah memuaskan diri masing-masing dengan segala ketersediaan yang ada di sana sebelum menuju medan peperangan sehingga mereka tertidur pulas di seluruh ruang sidang. Buat mereka ketidak-teraturan yang mereka ciptakan ini adalah keteraturan itu sendiri, hingga saatnya nanti Sang Pemilik keteraturan dan ketidak-teraturan datang menagih dan mengambilnya kembali.


Prolog Daftar Isi Fatsal 1 Fatsal 2 Fatsal 3 Fatsal 4 Fatsal 5 Fatsal 6
Fatsal 7 Fatsal 8 Fatsal 9 Fatsal 10 Fatsal 11 Fatsal 12 Fatsal 13 Fatsal 14
Fatsal 15 Fatsal 16 Fatsal 17 Fatsal 18 Fatsal 19 Fatsal 20 Fatsal 21 Fatsal 22
Fatsal 23

0 komentar :

Posting Komentar